Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Perasaan Itu Menghampiriku, seperti Hantu yang Tak Pernah Pergi

10 September 2023   10:00 Diperbarui: 13 September 2023   00:31 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh Min An dari pexel.com

Dulu, aku memiliki impian besar, aku ingin menjadi seorang penulis terkenal. Sejak usia remaja, aku selalu menyimpan buku catatan di saku celanaku, buku itu untuk mencatat ide-ide cerita yang muncul di benakku, aku tidak ingin ide itu menguap begitu saja. 

Aku menghabiskan malam demi malam untuk menulis, menciptakan dunia-dunia imajinasi di atas kertas kosong. Kata-kata adalah temanku yang paling setia.

Namun, hidup selalu memiliki caranya sendiri untuk mengubah rencana yang telah kita bangun sejak awal. Ketika aku lulus kuliah, ayahku jatuh sakit, dengan penyakit yang cukup parah. Aku adalah anak tunggal, dan aku tahu, aku harus bertanggung jawab untuk keluargaku. 

Jadi, aku meninggalkan impian menjadi penulis dan mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan tetap dan stabil. 

Aku menikahi kekasih masa kecilku, Nayla, dan kami memiliki dua anak yang menggemaskan, Mika dan Lisa. Kehidupan keluarga adalah prioritas utamaku, aku mencintai mereka lebih dari apapun.

Namun, setiap kali aku melihat pena dan kertas di meja kerjaku, kenangan yang dulu pernah singgah di hatiku itu selalu datang menghantuiku. 

Aku selalu merasa menyesal karena telah mengorbankan impian masa laluku. Aku selalu menyalahkan diriku karena aku gagal menjadi seorang penulis, aku tidak melakukan yang terbaik dalam hidupku untuk mengejar mimpiku menjadi seorang penulis, dan sering sekali aku menghakimi diriku dengan kata pengecut.

***

Tahun berganti, kini aku bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan yang cukup besar. Kehidupan yang sangat mapan untuk keluarga kecilku, tetapi perasaan bersalah itu tidak pernah benar-benar pergi. Aku mencoba menulis pada malam hari untuk mengusir perasaan bersalah itu.

Namun, menulis itu membutuhkan ketenangan jiwa, batin, suasana dan juga waktu, aku kehilangan itu semuanya ketika bersama keluargaku dan juga dengan pekerjaanku saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun