Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sepotong Kehidupan di Tepi Pantai

3 Juli 2023   09:06 Diperbarui: 3 Juli 2023   09:08 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nayla duduk sendiri di tepi pantai yang indah, ia merenungi arus rutinitas yang terus berputar dalam hidupnya. Kehidupan yang monoton telah mengikatnya dalam kebosanan yang perlahan-lahan menggerogoti semangatnya. Ia merasa terjebak, terjerembab dan ingin berlari dari perasaan itu.

Tiba-tiba sebuah impian merekah dalam benaknya "pergi berlibur ke sebuah pulau tropis terpencil, mencari kebebasan dan inspirasi yang telah lama hilang" batinnya berteriak.

Tanpa pikir panjang, Nayla memutuskan untuk melangkah keluar dari zona nyaman yang membelenggu jiwanya. Ia membeli tiket pesawat dan tiba di pulau itu beberapa hari kemudian. Saat kaki Nayla menyentuh pasir putih yang lembut, hatinya terbang oleh semilir angin laut yang menyapu wajahnya. Air laut biru yang jernih memanggilnya untuk menjelajahi keindahannya.

Dengan perasaan senang Nayla berjalan-jalan di sepanjang pantai, menikmati keheningan dan ketenangan yang hanya bisa ditemukan di tempat seperti ini. Ia memejamkan mata, menyerap setiap energi positif yang dipancarkan oleh alam di sekitarnya, deburan ombak, semilir angin dan kicauan burung mampu mengobatinya. Saat ia membuka mata, ia melihat seorang nelayan tua duduk di dekatnya, mengamati samudera yang luas.

"Hari yang indah, bukan?" Nayla memulai percakapan dengan Nelayan Tua itu.

"Betul sekali, anak muda. Samudera ini memiliki kekuatan untuk menyembuhkan hati yang terluka dan memberikan ketenangan pada jiwa yang gelisah." Jawab Nelayan Tua itu sambil tersenyum.

"Aku merasa sangat terikat dengan rutinitas di kehidupanku. Aku datang ke sini mencari inspirasi dan kebebasan" Nayla terlihat murung, ketika mengatakan hal itu, Nelayan Tua itu memperhatikannya sambil tersenyum.

"mungkin bapak punya saran untuk ku?" sambung Nayla sambil menarik nafasnya dalam-dalam.

Terlihat Nelayan Tua merenung sejenak "Ketika melihat keindahan di sekitarmu, cobalah melihat dengan mata hatimu juga" Nelayan Tua itu menatapnya, seperti berharap gadis muda itu mengerti apa yang baru saja ia katakan.

"Ada keajaiban di balik setiap momen yang kamu alami" Nelayan itu itu melanjutkan kata-katanya.

"Berhenti sejenak, sadari dan nikmati setiap proses kehidupanmu." Sambungnya.

"Terima kasih, Pak, aku akan mencoba melihat dunia dengan perspektif yang berbeda." Sahut Nyala dengan wajah yang sumingrah, ia berlalu meninggalkan Nelayan Tua itu.

Hari-hari berikutnya, Nayla menjelajahi pulau ini dengan semangat yang baru. Ia berjalan-jalan di hutan tropis, menikmati keindahan flora dan fauna yang langka. Suatu hari, saat sedang duduk di pantai, Nayla melihat seorang seniman sedang melukis pemandangan indah di dekatnya.

"Permisi, apa yang sedang kamu lukis?" karena merasa tertarik dengan aktifitas pelukis itu, Nayla berusaha untuk memulai percakapan dengannya.

"Aku menangkap keindahan alam ini melalui cat dan kuas, aku yakin kanvas ku dapat mengungkapkan perasaan yang sulit diungkapkan oleh kata-kata." Jawab pelukis itu dengan nada datar tanpa ekspresi.

"Itu sangat inspiratif... aku juga ingin mencoba berkreasi dengan lukisan, tapi bagaimana kamu mempunyai keberanian untuk mengungkapkan diri mu melalui lukisan?" tanya Nayla dengan rasa penasarannya.

"Ketika kamu menciptakan sesuatu dari hati, kamu memberikan ruang di dalam dirimu untuk tumbuh dan berkembang. Jangan takut untuk mengekspresikan dirimu, temukanlah keindahan dalam setiap goresan kuasmu itu." Sahut pelukis itu dengan tatapan yang tajam.

Nayla menghabiskan hari-harinya dengan melukis dan menggambar pemandangan indah di sekitarnya. Ia merasa semakin dekat dengan dirinya sendiri saat ia mengekspresikan keindahan yang ia rasakan melalui goresan-goresan kuas di atas kanvas.

Di suatu sore, Nayla bertemu dengan seorang penjaga pantai yang sedang membersihkan pantai dari sampah-sampah yang terdampar di sepanjang pantai.

"Apakah aku bisa membantu membersihkan pantai ini?" pinta Nayla kepada penjaga pantai itu.

"Tentu saja! Semua orang bisa berkontribusi dalam menjaga kebersihan pantai kita. Terima kasih atas bantuanmu." Jawab penjaga pantai dengan senyuman yang hangat.

"Apakah kamu pernah merasa kesepian menjaga pantai ini sendirian?" tanya Nayla penasaran karena ia membersihkan pantai ini sendirian, dan duduk di atas bangku yang tinggi itu juga sendirian.

"Tidak, aku tidak pernah merasa kesepian. Pantai ini memberikanku kedamaian dan kebahagiaan. Aku menghargai setiap momen yang aku habiskan di sini dan melihat pantai sebagai teman setia." Jawab penjaga pantai itu dengan santai, seolah-olah tidak ada beban dalam hidupnya, ia sendirian tapi ia tidak merasa sendiri.

Nayla mengambil inspirasi dari penjaga pantai yang ramah ini. Ia belajar tentang pentingnya menjaga dan memberikan cinta kepada siapa saja yang berada disekitar kita, membersihkannya dari sampah-sampah yang akan menggangu keindahan, serta menjaganya agar tetap lestari.

Tiba waktunya bagi Nayla untuk pulang, ia membawa pulang bukan hanya kenangan indah, tetapi juga perubahan dalam dirinya. Semangat dan kebahagiaan yang lama hilang telah ditemukannya di sepanjang tepian pantai ini. Nayla kembali ke kehidupan sehari-hari dengan semangat baru, menjalani hari-harinya dengan kegembiraan dan menghargai setiap momen yang diberikan.

Ia mengejar impian-impiannya dengan keyakinan yang baru ditemukan, memberikan ruang bagi kreativitas dan eksplorasi. Nayla juga membawa pesan cinta dan perhatian kepada orang-orang disekitarnya.

Sepotong kehidupan di tepian pantai telah memberikan Nayla pelajaran berharga tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Ia menyadari bahwa kebahagiaan terletak dalam keberanian untuk mencari petualangan, menghargai keindahan sederhana yang berada di sekitar kita, dan memberikan cinta kepada diri sendiri, orang lain, dan alam semesta yang menyelimuti kita.

Dengan setiap langkah yang diambilnya dalam hidupnya, Nayla menyadari bahwa hidup adalah pemberian yang indah, dan ia bertekad untuk menjalani setiap hari dengan penuh semangat dan penghargaan, membawa sepotong kehidupan di tepian pantai dalam hatinya selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun