Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cinta Waralaba (Warung Angkringan Lantai Bawah)

8 Maret 2021   14:38 Diperbarui: 8 Maret 2021   15:10 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Johannes Rapprich dari Pexels

Matahari sepertinya sedang marah dengan ku, sore ini panasnya begitu menyengat menusuk hingga ke tulang, sinarnya begitu terang dan sangat menyilaukan, ku tengok jam tangan ku "sudah jam 5 masih sama seperti jam 12 siang" sahut ku dengan kesal, bertambahlah kekesalan ku karena aku sudah menunggu selama 90 menit, menunggu itu sangat membosankan, menunggu itu sungguh menjemukan, menunggu itu sungguh kesia-sian.

"lima menit lagi gw cabut, bodo amatlah" aku menggerutu sendiri, aku sudah tidak peduli dengan janjii ku padanya.

kulirik jam tangan ku, 17:15, ternyata sudah lima belas menit sejak aku bersungut-sungut tadi, tanpa terasa kemarahan ku hilang sejak lima belas menit yang lalu karena aku melihat seseorang, dan orang itu juga memperhatikan ku sejak aku tiba di halte ini, perasaan curiga ku muncul, apakah dia akan berbuat jahat pada ku, tapi dia seorang perempuan, "kira-kira kejahatan apa yang bisa dia lakukan" batin ku berbicara.

mungkin dia akan menuduh ku copet, atau seorang pelaku pelecehan seksual lalu dia akan memeras ku. ah.. kubuang saja jauh-jauh pikiran ku itu, lagi pula aku masih menunggu Rina pacar ku, baru satu minggu aku kenal dia dan kami pun langsung pacaran, aku sudah berjanji untuk menungunya di halte ini, namun Rina tak kunjung datang, sudah satu jam lebih aku di sini.

"mas.. maaf, mas Andri ya" perempuan yang sedari tadi memperhatikan ku itu mengejutkan ku dengan sebuah pertanyaan. dan sialnya jawaban dari pertanyaan itu adalah benar, aku memang Andri, tapi aku tidak kenal perempuan itu, aku tidak ingin sesuatu yang buruk datang menimpa ku saat aku katakan aku adalah Andri. atau mungkin aku tanya siapa dia, dan apa tujuannya "maaf.. mbak siapa" sahut ku dengan tegas. 

"nah.. memang tidak salah lagi, lo Andri.. gw hafal suara dan logat lo" perempuan itu menepuk pundak ku dan dia nampaknya senang setelah mendegar suara ku, semakin aku bingung siapa perempuan itu.

"gw mella.. inget gw ngak.." perempuan itu mengenalkan dirinya dan masih saja aku bingung siapa dia.

"sory gw ngak inget" sahut ku tegas.

dengan senyum perempuan itu menjelaskan "Gw mella, dulu lo kuliah di jogya, sambil kuliah lo kerja jadi chef angkringan Waralaba, gw sering mampir ke warung itu cuma untuk denger suara lo, ngeliat lo, gw suka sm masakan lo, gw seangkatan sm lo, cuma gw beda jurusan" 

aku tidak mampu berkata-kata, ku lihat matanya memancarkan kesejukan, mata itu menunjukan betapa rindunya dia ingin bertemu, semakin dalam aku melihat, semakin indah kurasakan, aku terhanyut dalam keindahan pacaran cahaya mata nya.

"mas.. mas.." seseorang menepuk-nepuk pipi ku dengan sangat keras, aku sedikit terbangun namun aku merasa sangat sedih karena kehilangan keindahan, dan seseorang seperti mengayun-ayunkan bahu ku dengan sangat keras.

aku terbangun dan sekerumunan orang berdiri mengelilingiku, aku kebingungan dengan perasaan sedih karena kehilangan sebuah peristiwa keindahan. "mas.. kena hipnotis, ini sudah pagi mas, ayo saya antar ke kantor polisi terdekat" sahut supir taksi yang baik hati.

 

-TAMAT-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun