Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tikus Putih Itu Menyesal

2 September 2020   09:26 Diperbarui: 2 September 2020   09:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Monique Laats dari Pexels

Aku masih ingat ketika para manusia itu memanjakan ku dengan keju, susu serta tempat tinggal yang besar, meskipun aku sendiri aku merasa bahagia, aku mendapatkan kehangatan dari mereka, mereka selalu memperhatikan ku, mereka memanjakan ku dengan fasilitas yang banyak dan sempurna.

Aku adalah seekor tikus dengan jenis yang berbeda dari mereka, aku kecil, aku putih dan aku dapat bersuara lantang tidak seperti mereka yang hanya menjadi tikus percobaan dan dihempaskan ke jalan setelah mereka puas, setelah mereka mendapatkan tujuannya, mereka menganggap ku bagian dari rutinitas mereka, bagian dari hiruk-pikuknya kesibukan yang mereka kerjakan, bagian dari rencana-rencana masa depan mereka, bagian dari denyut jantung kehidupan laboratorium ini. Aku masih ingat itu, saat indah itu.

Aku tidak sendiri ada beberapa tikus-tikus lain yang sama seperti ku, mereka berbeda divisi dengan ku, dan sepertinya mereka itu mendapatkan kenyamanan yang sama dengan ku, entahlah, karena bagi kami para tikus mendapatkan sepotong keju saja sudah sangat bersyukur dari pada harus mengais-ngais sampah di sudut jalanan.

"aku akan berhenti menjadi kepala lab" sahut seseorang berbadan besar yang mengenakan baju putih itu dari balik kandang kesayangan ku.

 aku sedih mendengar perkataannya, meskipun aku tidak memahami apa maksud dari perkataannya, dia manusia yang baik, kami sering bermain bersama, kami bercengkrama, kami mengeluarkan ide bersama, namun manusia ini harus pergi, entah kenapa?

"buang semua tikus-tikus kecil itu" sahut manusia besar, gemuk dan pendek itu, dia manusia yang menggantikan kepala lab sebelumnya, kenapa manusia ini membuang bangsa kami, kami para tikus sudah berjasa bagi laboratorium ini. Namun apa daya kami, kami hanya bisa terdiam dan menerima kenyataan.

Teringat sebuah penyesalan, seandainya dulu kami para tikus selalu menuruti perintah kepala lab, mungkin kami masih menikmati keju itu, seandainya dulu kami tidak bermain-main dengan tikus betina mungkin kami masih menikmati kehangatan genggaman mereka, seandainya dulu kami mau berbagi, berbaur dan membuka pikiran mugkin kami masih mendapatkan kenyamanan, semua hanya tinggal kenangan, sebuah penyesalan.

"hei tikus kecil" sahut seekor kucing persis dibelakang ku yang membuyarkan lamunan ku setelah aku mengais sampah di sudut itu.

"berlarilah.. karna kamu tidak akan punya waktu untuk mengenang masa lalu, kejarlah masa depan" sambil mengeluarkan cakar dan mengejar ku.

"meeeeooong".. "ciiit.. ciiit..."

-TAMAT-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun