Cucu Raksasa
Tetangga selatan datang
Seperti biasa Ia menantang
Hari sudah siang
Seperti biasa raksasa masih pincang
Tidak lama lagi
Tetangga utara, timur, barat
Berdada tebal dan besar
Siap menyusui si raksasa pincang
Raksasa pincang belum juga sadar
Cucunya telah tenggelam
Ia berteriak membelalak mata
Kerabat jauh beranjak dari tidurnya
Lewat dinding retak
Kerabat jauh meruncingkan pupil
Semut hitam tak kalah sigap
Ia pun ikut mengibaskan pandang ke cucu raksasa
Buaya sungai telah membenteng di muara
Cucu raksasa masih bersuara lantang
Sayang satu hal yang tidak bisa Ia lakukan
Mengambang dan berenang ke tepi
Si Ikan sungai berteriak
Percuma saja
Berulang ulang
Tidak mempan menembus pikiranya
Cucu raksasa tak henti bersuara
Berkokok, melolong, mengaum
Ikan sungai tak kuasa sanggup menahan
Gelombang air terlalu berat
Dedaunan sedih bertitik air mata
Mereka ikut berguguran
Walaupun hutan tak mengijinkan
Dedaunan tetap pergi melayang ke arah cucu
Di istana megah berlian
Raksasa pincang sedang asyik bermain dada
Jangankan peduli akan cucu nya
Mengingat nama aslinya saja segan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H