Mohon tunggu...
Iqbal Maulana
Iqbal Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Iqbal Maulana

Sederhana tapi signifikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertempuran Konvoy Bojongkokosan Sukabumi (1945-1946)

2 Juli 2023   07:47 Diperbarui: 2 Juli 2023   07:49 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber : https://daerah.sindonews.com/

Pertempuran Konvoi Bojong kokosan merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh masyarakat Sukabumi untuk mempertahankan dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Peristiwa ini tidak kalah pentingnya dengan yang lain dalam lintasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari agresor. Berbagai komponen masyarakat Sukabumi bekerja keras untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan.

            Seperti daerah lainnya pasca proklamasi kemerdekaan, di Sukabumi juga terjadi euphoria kemerdekaan. Tidak butuh waktu lama untuk berita tentang kemerdekaan Indonesia untuk sampai ke Sukabumi. Dengan dorongan semangat kemerdekaan, tokoh nasional Sukabumi, Dr. Abu Hanifah membentuk Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Tujuannya ialah untuk mempersiapkan perpindahan kekuasaan dari pemerintah pendudukan Jepang yang berada di Sukabumi ke tangan pemerintah republik. Selain KNID, dibentuk juga Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh K.H. Atjoen Basoeni. Para anggotanya ialah para pemuda mantan tentara Pembela Tanah Air (PETA) (Sulasman, 2012).

Pertempuran Palangan Bojongkokosan sebenarnya ialah sebuah upaya pencegatan atau palangan dalam bahasa setempat yang dilakukan oleh para pejuang terhadap konvoi logistic Sekutu. Sebelum terjadinya peristiwa Palangan Bojongkoksan, Kota Sukabumi telah dilanda euforia kemerdekaan. Saat itu rakyat Sukabumi sedang 'dibakar' semangat revolusi, maka mendengar kabar akan dilaluinya wilayah mereka oleh tentara Sekutu tanpa pemberitahuan membuat situasi menjadi memanas. Saat itu Sekutu memilih mengambil rute darat, yakni Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung.

Karena keadaan tersebut, Letkol Edi Sukardi, Komandan Resimen III, memberikan instruksi pemindahan pasukan. Batalyon 1 dipimpin oleh Mayor Yahya Bahram Rangkuti ditempatkan di Jalan Raya Cigombong-Cibadak pada saat pergantian pasukan. Batalyon 2 dipimpin Mayor Harry Soekardi menyusuri jalan utama Cibadak ke arah barat kota Sukabumi. Batalyon 4 yang dipimpin Mayor Abdurrahman bertugas di jalan dari timur kota Sukabumi menuju lokasi jalan raya GekBrong. Batalyon 3 yang dipimpin Kapten Anwar bersiaga penuh dari Gekbrong hingga Jalan Raya Ciranjang.

Setiap batalyon memiliki tempat yang strategis untuk dijadikan sebagai tempat pemusatan serangan. Batalyon 1 pusat serangannya Bojongkokosan, Batalyon 2 pusat penyerangannya Cikukulu, Batalyon 4 pusat serangannya Gekbrong, Batalyon 3 pusat serangannya Jembatan Ciranjang (Sulasman, 2012). Kota Sukabumi dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor barat untuk Batalyon 2 dan sektor timur untuk Batalyon IV. Jalan antara pusat-pusat serangan ditempati oleh laskar-laskar rakyat yang dipimpin oleh perwira-perwira TKR dengan tujuan untuk mengadakan Operasi Sniper sehingga secara peraktis garis pertempuran sepanjang 81 kilometer merupakan Sniper Line (Sulasman, 2012).

Setelah dilakukan dislokasi pasukan, disusun strategi dan taktik untuk melaksanakan operasi penyerangan. Dalam menghadang konvoi pasukan Sekutu, digunakan sandi "mengepung ular berbisa", dengan menempatkan pasukan kedalam pos-pos penyerangan secara merata. Tujuannya untuk menghindari pertempuran terjadi hanya di satu tempat dan menghindari terjadinya pertempuran frontal. Bila terjadi pertempuran frontal, resikonya sangat tinggi yaitu korban pasukan dan kehabisan amunisi (Eddie Soekardi, wawancara tanggal 20 Juni 1999).

Untuk menghadapi kekuatan Sekutu yang akan memasuki Sukabumi, dilakukan konsolidasi dengan Badan Perjuangan, Pemerintahan Sipil, Jawatan-Jawatan, Kyai dan Alim Ulama dari kalangan pondok pesantren dan lainnya (Kosasih, wawancara tanggal 27 Agustus 1999). Di bidang senjata, Pabrik Militer Balata di bawah pimpinan Kapten Saleh Norman meningkatkan produktivitasnya, yaitu memperbaiki senjata yang rusak dan membuat granat sebanyak-banyaknya (Iskandar, 1997: 240).

Seluruh komandan batalyon dan kompi Resimen TKR Sukabumi telah bersiaga menghadapi kedatangan konvoi Sekutu (Eddie Soekardi, wawancara, 20 Juni 1999). Sekitar pukul 12 siang, kabar datang dari pos Cigombong bahwa konvoi Sekutu diharapkan menuju Sukabumi. Mengetahui hal tersebut, Komandan kompi ke-3 yang dipimpin oleh Kapten Murad, pemimpin kelompok ke-1 dan ke-2, bersama pasukan dan masyarakat berusaha merebut beberapa lokasi pertahanan, yaitu pinggiran utara dan selatan Jalan Bojongkokosan, serta sebagai bagian atas dan kedua sisi tepi bawah terdapat bekas lubang tanaman jarak pagar.

Pada sore hari tanggal 9 Desember 1945, konvoi Sekutu sepanjang 12 kilometer yang terdiri dari 150 buah truk, 2 buah Tank Sherman, sebuah Panser Wagon, serta Batalyon 5/9 Jats dari Divisi ke-23 Gurkha memasuki Cicurug daerah Bojongkokosan. Serangan pertama dilakukan oleh pihak TKR tidak lama setelah Tank Sharman milik Sekutu lumpuh akibat terkena ranjau (Sukarno, 2010). Pertempuran tidak bisa dihindarkan, pasukan tentara Sekutu yang bersenjatakan peralatan perang modern segera membombadir pertahanan pejuang dengan tank, mortir, dan senapan mesin untuk balik membalas serangan yang dilakukan pejuang Sukabumi. Namun, tentara TKR berhasil meloloskan diri dari serangan Sekutu setelah terjadinya hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan Bojongkokosan.

Dengan susah payah konvoi Sekutu akhirnya berhasil 'keluar' dari pertempuran, meskipun dengan kondisi 'babak belur'. Pimpinan konvoi kemudian melapor ke Jakarta akan ketidak sanggupan mereka melanjutkan perjalanan ke Bandung. Pada 10 Desember, markas besar memberikan dukungan untuk membangkitkan moral pasukan Sekutu berupa serangan udara yang dilakukan oleh Royal Air Force (RAF) ke Cibadak (Sukarno, 2010). Alasan Cibadak dibombardir, karena kota itu dianggap Sekutu sebagai basis pertahanan utama bagi pasukan pejuang Sukabumi (Sulasman, 2012). Serangan yang dilancarkan oleh pihak Sekutu tidak tepat sasaran, sebab serangan tersebut justru membombardir perkampungan sipil. Jumlah korban sipil berhasil diminimalisir oleh TKR yang telah mengantisipasi serangan tersebut (Sukarno, 2010).

Keesokan harinya, 12 Desember 1945, ancaman besar datang dari markas Sekutu. Pemimpin Skuadron 13 berbaris menuju Sukabumi dengan bala bantuan dari pasukan Greatnadir dari Bogor. Selain itu, Markas Besar Sekutu memberangkatkan Batalyon Radsputana ke-56 dari Bandung. Mereka didukung puluhan tank Sherman, kendaraan lapis baja, tank Brenca, dan ratusan truk pengangkut. Semua senjata tersebut ditemukan di beberapa sudut kota (Sulasman, 2012). Tidak berbeda dengan dua pasukan koalisi sebelumnya, mereka semua diserang dengan sengit oleh pesawat tempur. Agar dapat melanjutkan misi, Sekutu mencoba mengubah taktik mereka untuk menghadapi penyergapan, tetapi karena para pejuang menguasai medan perang, taktik Sekutu tidak ada artinya dan mereka tetap diserang, dan korban terus berjatuhan. Sehingga misi yang ditugaskan oleh pasukan Sekutu untuk memenuhi perbekalan di Bandung hanya terpenuhi setengahnya.

            Refrensi :

  • Ramdani, A. W., & Santosa, Y. B. P. (2022). Faktor Lingkungan dalam Pertempuran Palangan Bojongkokosan, 1945. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan, 6(1), 72-86.
  • Wiryono, H. (2010). Pertempuran Convoy Sukabumi-cianjur 1945-1946. Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research, 2(1), 66-79.
  • Sulasman, S. (2012). Perjuangan Rakyat Sukabumi Melawan Sekutu pada Masa Revolusi 1945--1946. Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research, 4(2), 198-213.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun