Mohon tunggu...
Iqbal Julian
Iqbal Julian Mohon Tunggu... karyawan swasta -

orang yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ramadhan di Kost-an

9 Agustus 2011   02:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan ketika ngekost dulu adalah yang paling berkesan menurut saya.

Enam bulan terakhir tahun 2007, memulai perkuliahan semester tujuh, saya memutuskan untuk tinggal ngekost di dekat kampus. Padahal rumah saya hanya 45 menit perjalanan menggunakan sepeda. Alasan yang saya sampaikan ke Bapak waktu itu adalah karena saya ingin berlatih mandiri. Bapak tidak perlu repot memikirkan biaya selama saya ngekost, karena saya telah bisa mencari tambahan uang jajan dari hasil mengajar privat. Begitu alasan yang saya sampaikan ke Bapak untuk meyakinkannya. Dan izinpun saya dapatkan.

Saat-saat ngekost saya jalani dengan senang hati. Mencuci pakaian sendiri, berebut lahan jemuran, berkumpul bercengkrama dengan teman-teman di ruang TV, bermain gitar, makan nasi dengan lauk seadanya begitu saya nikmati. Saya belajar tidak ingin membebani orang tua lagi dari segi biaya. Saya bisa belajar berhemat dari kondisi seperti itu.

Hingga tibalah bulan Ramadhan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam sedunia. Saya bersiap menghadapi Ramadhan pertama tanpa keluarga inti di dekat saya. Dan saya menyambut Ramadhan itu dengan gembira. Tarawih pertama, puasa hari pertama, semuanya berjalan dengan lancar. Untuk mengirit pengeluaran, saya sering berbuka di masjid karena tersedia takjil (makanan berbuka) gratis.

Ketika sahur, ibu kost membangunkan saya dan teman-teman. Saya juga buat kesepakatan dengan seorang teman dekat untuk saling membangunkan ketika sahur.

Ternyata Ibu kost membangunkan kami hanya di awal puasa saja. Dan kesepakatan yang saya buat dengan teman saya itu juga terlihat percuma karena kami berdua sama-sama tidak sensitif pada bunyi alarm HP yang kami set masing-masing. Alhasil, ada hari di mana saya tertidur nyenyak sekali dan bangun ketika adzan shubuh baru berkumandang. Oke, masih ada waktu sebelum adzan shubuh selesai berkumandang. Saya masih bisa mendapatkan beberapa teguk air putih. Masih bersyukur. Ini puasa pertama saya dengan makan sahur hanya beberapa teguk air putih.

Tapi, kejadian seperti itu ternyata bukan kejadian terakhir bagi saya. Beberapa hari setelahnya, saya terbangun ketika suara dari masjid sedang mengumandangkan shalawat. Saya terdiam beberapa saat setelah terjaga dari tidur, mengira-ngira ini adzan apa bukan. Ooh, alhamdulillah masih shalawat. Saya pandangi langit di luar jendela. Masih gelap. Oke, masih ada waktu untuk beli makan sahur. Saya lirik HP saya untuk melihat jam. Jam 05.15. What?

Ternyata, shalawat yang saya dengar itu adalah lantunan wirid setelah shalat shubuh. Ya Allah, ini adalah hari pertama saya berpuasa tanpa sahur. Saya berlari ke lantai atas untuk melihat teman saya. Dia masih tertidur pulas. Dan hahaha, ternyata dia juga tidak sahur. Dasar mahasiswa.

Saya lupa, berapa kali saya tidak sahur Ramadhan tahun itu. Mungkin sekitar 7 kali. Tapi biar begitu, perut saya masih kuat menahan lapar dan haus. Iyalah, masa kalah sama anak kecil, begitu alasan yang saya buat untuk memotivasi diri.

Ada saja keringanan yang Allah berikan ketika berpuasa di Ramadhan tahun itu. Meski saya harus berjalan kaki sekitar 25 menit untuk mencapai rumah murid privat (tidak naik angkot untuk menghemat pengeluaran), saya masih bisa shalat Ashar berjamaah di masjid ber-AC. Merasakan sejuknya udara di dalam masjid yang kontras dengan di luar. Lumayan untuk memulihkan tenaga. Honor mengajar pun mendapat tambahan. Alhamdulillah.

Sehari menjelang idul fitri, saya pulang ke rumah. Kangen bersua dengan Bapak dan adik-adik. Ya, Ramadhan tahun itu juga merupakan Ramadhan pertama saya tanpa kehadiran ibu karena beliau telah berpulang kepada Allah pada bulan April lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun