Mohon tunggu...
Iqbal Julian
Iqbal Julian Mohon Tunggu... karyawan swasta -

orang yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah (resensi novel)

4 Februari 2012   23:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:03 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13289140361818276886

Judul buku: Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Pengarang: Tere Liye Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Jumlah halaman: 512 halaman Harga: Rp. 72.000,- [caption id="attachment_170092" align="aligncenter" width="300" caption="sampul depan novel "][/caption] Bagaimanakah orang yang sedang dilanda cinta? Bagaimanalah jalan cerita orang-orang yang sedang dilanda cinta tersebut bermula? Lalu, dengan cara seperti apa, sebaiknya cerita cinta tersebut dilalui? "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah" adalah sebuah novel yang bercerita tentang kisah cinta dua insan asal Pontianak, Borno dan Mei. Latar dalam novel ini, sebagian besar mengambil tempat di kota Pontianak. Borno -yang asal sukunya tak diketahui- adalah pemuda usia awal 20-tahunan yang menjalani hari-harinya sebagai seorang pengemudi sepit yang membantu penyebrangan masyarakat di sungai Kapuas. Sedangkan Mei, adalah gadis usia awal 20-tahunan keturunan Tionghoa yang berprofesi sebagai seorang guru Sekolah Dasar. Dari sepucuk angpau merah, kisah cinta mereka bermula. Berawal dari sepucuk angpau merah tersebut, kemudian mereka mengalami suka duka perasaan karena cinta, manisnya perjumpaan dan pahitnya perpisahan, hingga akhirnya mereka dihadapkan pada sebuah konflik klimaks: "Tak seharusnya Mei bertemu dengan Abang Borno!" "Tapi, kenapa Mei? Kenapa?" Dan melalui sepucuk angpau merah tersebut pula, kisah cinta mereka menemukan penjelasan. Lantas, apa isi dari angpau merah tersebut? Melalui untaian kata yang sederhana, penulis berhasil menanamkan pesan bahwa cinta -kepada siapapun itu: orang tua, teman, pasangan hidup, dll.- bukanlah melulu sekedar kata-kata, melainkan cinta adalah perbuatan yang nyata. Menjalani cinta adalah menjalani hari ini dan menghadapi masa depan dengan perencanaan dan perbuatan yang positif, bukan mengisinya dengan beban masa lalu. "Jika untuk Andi, Pak Tua punya cerita cinta khusus, maka untukku, apakah Pak Tua juga punya?" tanya Borno. Melalui petuah Pak Tua, Borno berhasil menemukan jawaban atas cerita cinta miliknya. Lalu, bagaimana dengan jawaban atas cerita cinta milik Anda? Selamat membaca.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun