Mohon tunggu...
Iqbal Firmansyah
Iqbal Firmansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya Penulis

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Program Studi Ekonomi Pembanguan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak New Normal terhadap Inflasi, Pengangguran, dan Ekonomi Makro

20 November 2020   21:16 Diperbarui: 20 November 2020   21:23 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada masa new normal ini Dampak pandemi Covid-19 seakan menggoyahkan perekonomian serta lapangan pekerjaan di Indonesia karena negara mengalami pelemahan konsumsi dan berkurangnya lapangan pekerjaan. Angka pengangguran di Indonesia akan selalu berkelanjutan dari tahun ke tahun jika pemerintah tidak serius menyelesaikannya dari akar masalahnya.

 Karena, dengan kemajuan teknologi, justru penyebab pengangguran menjaid bertambah. Salah satunya, tenaga kerja yang mulai digantikan dengan teknologi, contohnya seperti robot yang mulai menggantikan pekerja.

Dengan adanya pelemahan konsumsi ini yang kemudian berdampak pada penurunan tingkat inflasi menjadi perhatian dari berbagai bank. Sedangkan menurunya lapangan pekerjaan membuat para pekerja lama dan baru akan terus bersaing agar tidak kehilangan pekerjaanya masing-masing.

 Tingkat inflasi Mei 2020 tercatat sangat rendah yaitu hanya sebesar 0,06% dari bulan ke bulan, dan 2,15% dari tahun ke tahun. Lemahnya inflasi masih akan terus berlanjut sepertinya.Meskipun demikian, inflasi harga pangan ke depanya tetap perlu diwaspadai dari akibat adanya potensi rantai pasokan global yang terhambat. Namun harga barang di dalam negeri dipastikan tetap terkendali, begitu juga pasokannya tetap terjaga. Bank sentral memperkirakan inflasi tahun ini pun masih akan berada dalam sasaran yang ditetapkan, yaitu berkisar antara 2,3 -- 4%.

Semua negara yang terkena pandemi Covid-19 mengalami kondisi perekonomian yang buruk, artinya hal ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. Sebagai contoh negara Tiongkok saja sampai minus ekonominya, tapi dalam kondisi seperti ini, Indonesia masih bisa 3% pertumbuhan ekonominya cukup baik dan di negara-negara Asean, jadi sebenarnya, di tengah-tengah kesulitan, kita masih bisa bertahan dan memutar roda perekonomian.

Mayoritas masyarakat yang merasakan dampak ekonomi secara langsung adalah pada tingkat rumah tangga. Mayoritas masyarakat saat ini menilai kondisi ekonomi rumah tangga lebih buruk atau jauh lebih buruk 83% lebih dibandingkan dengan tahun lalu. Penilaian ini jauh meningkat dibanding survei pada Februari, ketika hanya sekitar 22% responden yang menilai demikian.

Mayoritas masyarakat juga menjawab bahwa pendapatan kotor rumah tangga saat ini menurun berkisar 80% lebih. Dengan demikian dalam tiga bulan terakhir, jawaban menurun ini mengalami tren peningkatan yang tajam.

Penurunan ini dirasakan cukup merata di semua kategori secara sosio-demografis. Akan tetapi, berdasarkan pendidikan tampak pola yang menunjukkan bahwa warga berpendidikan ke bawah lebih banyak yang merasakan penurunan, sedangkan warga berpendidikan tinggi lebih sedikit merasakan penurunan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun