Fenomena mudik lebaran tidak akan ada habisnya untuk dibahas, betapa tidak? Banyak sektor yang terpengaruh akibat fenomena ini. Aspek ekonomi serta perputaran uang yang sangat besar menjadi bahasan yang menarik. Menurut hasil proyeksi lembaga kajian IDEAS (Indonesia Development & Islamic Studies) bahwa sekitar 185 triliun akan habis selama fenomena mudik ini berlangsung. Dimana pengeluaran untuk lebaran akan menghabiskan sekitar 124 triliun dan remitansi ataupun uang yang dibawa pemudik dari kota menuju kampung halaman sekitar 61 triliun. Angka yang sangat mengangumkan bukan? Dimana ratusan triliun rupiah dihabiskan dalam waktu yang amat sangat singkat serta tidak lebih dari 21 hari.Â
Bahkan jika dibandingkan angka sebanyak 185 triliun ini setara dengan 1,47% dari PDB atau 8,88% dari APBN-P 2016 yang baru saja disahkan. Belum lagi peningkatan kredit kendaraan bermotor ketika menjelang lebaran menjadi bukti bahwa maraknya masyarakat Indonesia yang menghabiskan uang untuk membeli kendaraan untuk mudik. Hal itu tercermin dari penjualan mobil dari PT Astra Internasional Tbk (ASII) sebagai perusahaan otomotif terbesar yang mulai meningkat sebesar 4% dimana sebelumnya pasar penjualan amat sangat lesu.
Pengeluaran sebanyak itu rata-rata digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif seperti akomodasi, transportasi, makanan-minuman, dan jasa rekreasi-hiburan. Sehingga buruknya jika tidak ada perencanaan yang matang dalam mempersiapakn fenomena ini. Alih-alih mendapat kesenangan usai lebaran namun malah dirugikan karena uang yang habis. Setidaknya ada 2 faktor yang menyebabkan ekonomi lesu usai lebaran
Pertama, pada mudik tahun ini khususnya saat  pasca lebaran, bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru untuk anak-anak sekolah. Dimana pada momentum ini tidak sedikit uang yang dikeluarkan untuk mempersiapkannya. Uang pendaftaran sekolah, seragam baru, hingga peralatan penunjang sekolah seperti alat tulis hingga sepatu menjadi daftar yang menumpuk bagi orang tua.Â
Apalagi ketika uang yang dimiliki telah habis digunakan untuk mudik, maka Oleh karena itu tidak heran banyak orang yang harus meminjam uang atau mengadaikan barang guna menutupi kebutuhan anak sekolah tersebut.
 Merujuk dari data Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun 2013/2014 jumlah anak yang duduk di bangku sekolah dasar sebanyak 26,5 juta. Maka jika diasumsikan kebutuhan untuk seragam dan peralatan sekolah sebanyak 300 ribu maka akan mendapatkan angka akumulatif sebanyak 7 triliun. Belum lagi biaya daftar ulang ajaran baru murid bagi sekolah-sekolah swasta lainnya atapun bagi murid yang baru masuk sekolah.
Begitupula anak-anak yang duduk dibangku sekolah menengah pertama, tercatat di BPS ada sekitar 9,7 juta anak. Maka akan ada dana yang dialokasikan dana sebesar 2,9 triliun yang akan keluar apabila masing-masing anak diasumsikan menghabiskan dana sebanyak 300 ribu rupiah.Â
Begitupun dengan anak-anak yang duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, tercatat di BPS ada sekitar 4,3 juta anak. Maka akan ada dana yang dialokasikan sebesar 1,3 triliun yang akan keluar apabila masing-masing anak diasumsikan menghabiskan dana sebanyak 300 ribu rupiah. Maka jika diakumulasikan semuanya ada sekitar 11,2 triliun yang akan habis hanya untuk membeli kelengkapan dan peralatan sekolah saja.Â
Belum lagi biaya daftar ulang dari masing-masing sekolah dasar hingga menengeah atas, begitu pula biaya daftar ulang anak-anak yang akan memasuki bangku perkuliahan. Dimana pada bulan ini maraknya pendaftaran bagi mahasiswa baru di setiap universitas negeri maupun swasta.
Kedua, angka kredit macet pasca lebaran amatlah tinggi. Dikutip dari antara news dan Deputy Chief Sales Officer Astra Credit Companies Ezar Kumendong yang menyatakan bahwa fenomena kedit macet pasca lebaran adalah hal yang biasa terjadi namun biasanya setelah 2 hingga 3 bulan akan kembali berjalan normal.Â
Maka dengan fakta yang demikian dapat disimpulkan bahwa usai lebaran banyak masyarakat yang kesulitan dalam mengangusr cicilan yang dimiliki sehingga adanya indiikasi bahwa uang yang sejatinya untuk melunasi kewajiban cicilan dihabiskan untuk alokasi mudik. Jika dianalogikan dengan proyeksi kendaraan yang bergerak ketika mudik (menurut proyeksi riset IDEAS) sebanyak 5,8 juta kendaraan bermotor dan 2,3 juta kendaraan mobil.Â