Mohon tunggu...
iqbal fadli muhammad
iqbal fadli muhammad Mohon Tunggu... proletar -

peneliti & digital nomad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akses Air Bersih vs Akses Taksi Online

24 Maret 2016   20:27 Diperbarui: 24 Maret 2016   20:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

 

Maraknya media masa mengenai pemberitaan demo taksi online yang menyebabkan terjadinya pertikaian antara pengemudi taksi perusahaan dengan pengemudi taksi berbasis online adalah isu menarik untuk terus dibahas. Aksi demo yang dilakukan kemarin pada tanggal 22 Maret 2016 merupakan demo terbesar bahkan pimpnan negara Indonesia merasakan dampaknya sehingga menyebabkan keterlambatan dalam menghadiri rapat bersama Eselon 1. Jika dianalisis, sebenarnya pada tanggal 22 maret lalu merupakan peringatan hari air dunia. Mengambil tema air dan pekerjaan, masyarakat dunia ingin memberitahukan bahwa hampir setengah dari pekerja di dunia (1,5 miliar orang) bekerja di sektor yang terkait air sehingga hampir semua pekerjaan tergantung pada air. Namun faktanya, jutaan orang dibelahan dunia belum dapat menikmati akan akses air bersih.

Membahas mengenai akses air bersih, jika dibahas dari sudut makro menurut pemaparan data UNICEF Menurut UNICEF dan WHO memperkirakan, Indonesia adalah salah satu kelompok dari 10 negara yang hampir dua - pertiga dari populasi tidak mempunyai akses ke sumber air minum. Mereka adalah : China (108 jut ) , India  99 jut ) , Nigeria (63 juta) , Ethiopia (43 juta) , Indonesia (39 juta) , Republik Demokratik Kongo (37 juta) , Bangladesh (26 juta) ; Inggris Republik Tanzania (22 juta) , Kenya (16 juta) dan Pakistan (16 juta). Hal inilah menjadi suatu problematika mengenai masih minimnya akses air bersih yang dapat dirasakan penduduk Indonesia. Namun belum banyak orang berkampanye mengenai hal ini bahkan isu ini tidak mendapatkan perhatian oleh kalangan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan media masa yang lebih memilih isu demo taksi sebagai berita utama, bahkan pemimpin negara Indoneisa begitu responsif mengenai isu demo taksi dan langsung menanggapinya kepada media massa. Jika diibaratkan maka terkesan isu primer yang seharusnya diperhatikan lebih diutamakan dibandingkan dengan isu yang baru. Walaupun secara aspek psikologis, manusia pada umumnya lebih menyukai sesuatu yang baru serta mengkesampingkan sesuatu yang lama.

 

Menindaklanjuti mengenai akses air bersih dimana masih ada 1/3 lebih masyarakat Indonesia yang belum menikmatinya. Jika di hubungkan dengan akses taksi perusahaan maupun taksi berbasis online maka akan mendapatkan ketimpangan. Dimana akses masyarakat untuk mendapatkan air bersih masih berbanding terbalik dengan akses moda transportasi taksi online maupun perusahaan. Namun faktanya, dari kalangan elite pemerintah hingga kalangan masyarakat cenderung pasif dan tidak memperdulikan akan permasalahan ini. Isu demo ribuan demo taksi menjadi pembahasan menarik, padahal momentum peringatan hari air sedunia dapat dijadikan titik balik dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia mengenai akses air bersih. Menurut data survei Sosial dan Ekonomi Nasional dalam publikasi data kemiskinan kabupaten kota terbaru tahun 2013. Menyatakan bahwa Sanggau merupakan kabuapaten terendah dalam mengakses air bersih dengan presetase 13,54 % penduduk yang bisa menikmati air bersih. Pengertian air bersih dalam hal ini adalah persentase rumah tangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air kemasan bermerek; air isi ulang; air leding/PAM; sumur bor/pompa, sumur terlindung, atau mata air terlindung (dengan jarak ke penampungan limbah/kotoran/tinja lebih dari atau sama dengan 10 meter).

Sehingga jika diakumulasikan provinsi Kalimantan barat merupakan provinsi terendah dalam akses air bersih yaitu hanya sebesar 27,86% kemudiaan diikuti oleh provinsi Papua sebesar 31,19 %. Hal ini amat begitu miris karena jika dibandingkan akses air bersih di wilayah DKI Jakarta sebesar 92,64 %. Maka hal ini memicu kecemburuan oleh beberapa kalangan masayarakat khususnya yang tinggal di wilayah kekeringan atau kesulitan dalam membuat akses air bersih. Maka tidak heran dari pihak lembaga sosial masyarakat justru lebih aktif dibandingkan dengan Pemerintah. Dimulai dari program air untuk kehidupan yang diusung lembaga sosial Dompet Dhuafa, dimana lembaga tersebut tidak hanya membantu dalam hal hilir yang biasa dilakukan oleh pemerintah yaitu pemberian truk yang berisis air bersih, namun lembaga ini membuatkan sumur-sumur di setiap kecamatan ataupun desa sehingga masyarakat disana dapat mengakses air bersih. Hal ini di perkuat dengan pemerintah yang lebih mementingkan permasalahan yang melibatkan stakeholder besar dibandingkan dengan permasalahan air bersih. Sehingga jika ditarik kesimpulan bahwa akses taksi online yang begitu mudah dan cepat dibandingkan dengan akses air bersih.

Ayo bantu saudara kita, Angkat suara untuk kepedulian !!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun