Mohon tunggu...
Iqbal Bahrul Alam
Iqbal Bahrul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

saya manusia biasa makan nasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Amitai Etzioni dan Komunitarianisme

15 Desember 2022   19:42 Diperbarui: 15 Desember 2022   20:00 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.thpanorama.com/articles/cultura-general/amitai-etzioni-biografa-y-aportaciones.html

Amitai Etzioni lahir di Koln, Jerman pada tanggal 4 Januari 1929. Setelah melarikan diri dari Jerman Nazi ke Palestina pada tahun 1930-an, Etzioni belajar dengan Martin Buber di Universitas Ibrani Yerusalem. dalam sosiologi dari University of California, Berkeley pada tahun 1958. 

Dia adalah seorang profesor sosiologi di Universitas Columbia selama 20 tahun. Pada tahun 1978, dia bergabung dengan Brookings Institution sebagai rekan tamu, dan dari tahun 1979 hingga 1980 menjabat sebagai Penasihat Senior Gedung Putih untuk Urusan Dalam Negeri. Pada tahun 1980, ia diangkat sebagai profesor universitas pertama di Universitas George Washington dan saat ini menjadi direktur Institut Kebijakan Komunitarian di universitas tersebut.

Amitai Etzioni merupakan seorang sosiolog Israel-Amerika yang terkenal karena tulisan-tulisannya mengenai sosio-ekonomi dan komunitarianisme. Etzioni adalah pendiri gerakan komunitarian pada awal 1990-an dan mendirikan Jaringan Komunitarian untuk menyebarkan gagasan gerakan Komunitarian. Istilah komunitarian sebagaimana sekarang ini dipakai baru lahir sekitar tahun 80-an ketika muncul sebuah kontroversi kemudian disebut kontroversi komunatarian melawan individualisme liberal klasik yang diperjuangkan oleh John Rawls, Ronald Dworkin, dan Robert Nozick. 

Kaum komunitarian mengkritik gagasan bahwa setiap individu memiliki hak untuk menentukan dan mengejar kebutuhan dan kesejahteraannya sendiri, dengan alasan bahwa individu pada dasarnya adalah individu dan "tertanam" (embedded) dalam masyarakat. (Etzioni 2003: 225).

Dalam perdebatan ini, komunitarianisme sebenarnya didefinisikan sebagai pikiran, struktur, dan  proses suatu cara baca interpretatif atas teks yang memuat poin-poin mendasar dan metodologis di antara partisipan yang mengkritisi individualisme liberal (Bellah 1995:12), karena sebenarnya setiap peserta debat memiliki tekanan dan perbedaan yang besar dalam mengekspresikan anti-individualisme mereka, atau mengungkapkannya dalam jumlah besar, dan pada isu-isu tertentu mereka menegaskan kembali komitmennya terhadap nilai kebebasan dan pentingnya hak atas liberalisme (Proske 1994).

Pemikiran Etzioni yang memberikan arah yang jelas bagi refleksi sosio-politis komunitarianisme menjadikan komunitarian kemudian mulai diterima positif di banyak belahan dunia. Idenya mengenai nilai-nilai bersama dan tujuan-tujuan bersama di diskusikan oleh para ahli. Perkembangan komunitarianisme mencapai babak baru ketika pada tahun 1990-an sekelompok intelektual ingin menerjemahkan ide-ide komunal ke dalam dimensi sosial-politik. Pada tanggal 18 November 1991, mereka berkampanye di platform komunitarian yang mencakup gagasan untuk memulihkan moralitas dan tatanan sosial Amerika, dimulai dengan keluarga dan sekolah.

Penulis mengenal teori Komunitarianisme oleh Amitai Etzioni dari jurnal yang berjudul "Berkenalan dengan Komunitarianisme" karya A. Rusmadji. Berdasarkan pemaparan jurnal tersebut, penulis dapat memahami komunitarianisme adalah ideologi sosial-politik yang menghargai kebutuhan atau "kebaikan bersama" masyarakat di atas kebutuhan dan hak individu. Dalam kehidupan di sekitar kita, di masyarakat saat ini masih banyak orang hanya mementingkan haknya dibandingkan kewajibannya.

Banyak orang yang lebih mementingkan kepentingannya dan keuntungan diri sendiri terutama pada saat merokok. Pada saat merokok, masih banyak orang yang merokok di sembarang tempat seperti saat di jalan raya. Asap yang keluar dari rokok tersebut dapat mengganggu kenyamanan orang lain saat berkendara. Hal tersebut dapat merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat yang baik mengikuti sikap moral komunitarian, yaitumenerapkan hak dan kewajiban secara seimbang, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi untuk kebaikan bersama.

Referensi :

Rusmadji, A. (2020) "Berkenalan Dengan Komunitarianisme". Jurnal Agama dan Kebudayaan Vol. 1 No. 2 Hal. 30-54

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun