Mohon tunggu...
Moh Iqbal NB
Moh Iqbal NB Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mencatat aneka perjalanan, merekam kesan dan menghayati indahnya alam

Memetik Hikmah Kebesaran-MU disetiap Petualanganku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Satu Kampung Tertimbun Lumpur Usai Banjir

2 Mei 2019   09:33 Diperbarui: 2 Mei 2019   09:39 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini, musibah banjir bandang melanda beberapa desa di Kabupaten Sigi, akibat durasi hujan yang belakangan ini semakin intens membasahi lembah Palu-Sigi. salah satu wilayah yang terdampan adalah Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, pada 28 April 2019 kemarin.Saya melihat, kepeduliaan masyarakat Sulteng dalam membantu saudara saudara yang tertimpa musibah, mengalami peningkatan yang sangat tinggi, karena fakta dilapangan menunjukkan seperti itu, meski hanya berdasarkan kacamata pribadi bukan kacamata kuda, tanpa riset maupun quick count, tapi saya yakin semua orang akan berpandangan hal yang sama.

Meningkatnya kepeduliaan warga,  pasti didasari bencana alam Gempa Bumi, Tsunami, Likuifaksi yang melanda Kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 kemarin. Karena semua wajah wajah yang turut membantu saat ini, merupakan alumni bencana pilu yang melanda Sulteng di akhir tahun 2018 kemarin.  Semua warga  terdampak saat itu,  sangat membutuhkan bantuan, apalagi kondisi Kota Palu selaku ibukota Sulteng pada saat itu sedang lumpuh, karena tak dapat menyuplai kebutuhan masyarakat, sehingga semua donor berasal dari luar daerah. Maka tidak heran, kepedulian masyarakat untuk membantu saudara yang tertimpa musibah, saat ini, semakin meningkat.

Hal itu bisa dilihat dari aksi penggalangan dana diperempatan jalan dan fasilitas umum lainnya yang dilakoni oleh berbagai komunitas masyarakat, organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Pemuda,  semuanya mengerumuni beberapa titik sentral di dalam Kota Palu.  Selain itu,  kesadaran masyarakat dalam menyumbangkan logistik, terlihat berbondong bondong hingga tidak sulit untuk diarahkan, termasuk kebutuhan makanan dan pakaian bekas. Disamping itu, alur transportasi begitu padat melintasi jalan Trans Palu-Bangga begitu padat yang terpantau dari Desa Binangga, Kec Marawola.  Kendaraan yang mengangkut logistik sudah silih berganti menyalurkan bantuannya, sudah tidak terhitung pampangan spanduk menyertai asesoris dari warna mana bantuan itu berasal.

Melihat semua orang berpartisipasi,  pastilah kitapun ingin berbagi peran. Yaa sudah,  saya juga alumni,  kamu juga alumni,  daripada hanya tidur tiduran,  lebih baik bangkit,  apalagi kita adalah generasi muda yang harus Maju Satu Barisan,  Seribu Rintangan pasti Patah Semua, sudah saatnya untuk menjadi pengabdi di masyarakat.  mari baku bantu bukan baku bantah.

Berhubung ini adalah hari libur,  karena bertepatan hari Buruh Nasional, maka saya berkesempatan memanfaatkan saat rehat berkantor, untuk turun ke lokasi bencana dengan modal beberapa bantuan yang digalang dari masyarakat berupa logistik dan pakaian. Berdasarkan pantauan selama perjalanan, Rabu 1/5/19, Jalan licin diselumuti tanah yang becek,  mulai menyapa pengguna jalan, meskipun masih bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat. Walau berhati hati dalam berkemudi, karena arus lalu lintas yang macet, apabila tidak siaga,  laju kendaraan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan gesekan dengan kendaraan lain. Meski  berjibaku dengan jalan yang licin, namun akhirnya kami tiba juga di Desa Bangga tepat pukul 11 siang.

Pengamatan dilokasi, terlihat rumah rumah warga tertimbun lumpur dan material yang terbawa oleh arus banjir, yang melanda seluruh rumah di desa tersebut. Timbunan lumpur yang menebal mencapai 2-3 meter,  sehingga menyisakan bagian atap seng. Bahkan, tempat kami berpijak saat ini, merupakan bagian sedimen lumpur yang mengeras.

Disisi lain,  terlihat pula penghuni rumah berusaha menyelamatkan harta benda yang masih bisa diraih dari timbunan lumpur dan pasir dengan menggalinya dengan peralatan sederhana. Hampir dipastikan,  warga yang terdampak hanya bisa menyelamatkan nyawa mereka,  meskipun hanya menyisakan baju dibadan.

Diposko posko relawan, saat ini sudah banyak tumpukan bantuan yang datang dari berbagai arah. Saya melihat  kebutuhan primer para penyintas untuk seminggu kedepan dapat terpenuhi.  Namun, hal yang perlu menjadi perhatian selanjutnya adalah kebutuhan mereka terhadap air bersih, juga perlengkapan inap berupa tenda, lampu dan listrik. Mengutip laporan dari tim NU Peduli bersama GP ANSOR, BANSER dan IPNU SULTENG, bahwa beberapa point bantuan paling prioritas selain makanan adalah Selang, terpal, pipa, tong air bersih, dan Bohlam lampu serta kabel, penerangan dilokasi pengungsian hampir tidak ada dan hanya mengandalkan gendset.

Selain itu, kedepannya bantuan dapat lebih terarah dalam beberapa fokus,  terutama dalam bentuk perlengkapan sekolah, seragam, sepatu buku dan peralatam menulis,  maupun perlengkapan MCK. Berhubung beberapa hari kedepan akan memasuki bulan Ramadhan, tentunya warga Desa Bangga yang mayoritas beragama Islam,  pasti butuh tempat dan perlengkapan shalat untuk menampung secara berjamaah, air bersih untuk wudhu serta kebutuhan siraman rohani untuk menenangkan dan menguatkan hati agar tetap tabah,  bahwa Allah tidak akan menguji sesorang diluar dari kesanggupannya
Laaa yukallifullahu nafsaan illaa wus'ahaa.

mengakhiri tulisan ini, saya doakan agar semua yang telah berpartisipasi menyisihkan harta dan tenaganya,  semoga bermaanfaat bagi mereka yang membutuhkan dan menjadi berkah untuk kita semua, amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun