Teriakanku disergap oleh angin yang membuat bulu kuduk merinding.
"Sampai kapan kamu mau terus nunggu dia?"
Suara itu tiba-tiba merontokkan bunga-bunga harapanku, kelopaknya layu begitu saja.
Linda
Dia lagi, dia lagi.
"Kamu, ngapain disini? Bukannya udah kubilang tunggu aja diparkiran, ngga usah ikut??"
"Emangnya ngga boleh? aku kan teman dekatmu, kasian aja kalau kamu sendirian. Lagian ini kan sudah kedua kalinya kamu kesini, dan ngga ketemu orang yang dicari. Kamu ngga bosen apa??"
Linda berusaha sok perhatian denganku, padahal aku tak pernah meminta ditemani. Dia saja yang selalu nyelonong ikut kemanapun aku pergi.
"Kubilang juga apa, dia itu nulis begitu belum tentu buat kamu. Bisa jadi buat adik kelasnya itu. Nova, Nova.. Kamu sih, ke ge-er an.."
Dia mulai lagi menceramahiku seperti Ibu-ibu memergoki anaknya sedang maling sandal di mushola.
"Engga, pasti buat aku, dia kan pernah bilang kalau aku itu seperti bintang, bersinar terang di malam hari"