Mohon tunggu...
Iqbal Dhanu Arta
Iqbal Dhanu Arta Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Maju terus walaupun 1% tiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menyelamatkan Puspa dan Satwa: Masa Depan Keanekaragaman Hayati Indonesia

22 Desember 2024   00:30 Diperbarui: 22 Desember 2024   00:48 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Edit di Canva

Indonesia adalah negeri dengan keanekaragaman hayati yang begitu memukau. Ribuan spesies flora dan fauna tumbuh dan berkembang di Nusantara, banyak di antaranya tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Sebagai salah satu negara megabiodiverse, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Brasil. Keanekaragaman hayati yang terkonsentrasi di pulau-pulau seperti Kalimantan bahkan setara dengan seluruh benua Eropa atau Australia. Namun, di balik kekayaan ini, ada ancaman serius yang menghantui kelangsungan hidup puspa dan satwa Indonesia.

Keunikan Biodiversitas Indonesia

Indonesia memiliki kekayaan hayati yang dipengaruhi oleh letak geografisnya yang unik. Garis Wallace yang membelah Nusantara menjadi dua bagian, yaitu zona Asia di barat dan zona Australasia di timur, membuat negeri ini memiliki ekosistem yang sangat beragam. Di bagian barat, kita dapat menemukan gajah sumatra, harimau sumatra, dan orangutan. Sementara itu, bagian timur dihuni oleh hewan-hewan eksotis seperti burung cendrawasih dan komodo, spesies kadal terbesar di dunia.

Kekayaan ini juga berlaku untuk flora. Bunga bangkai (Rafflesia arnoldii) dan Amorphophallus titanum adalah dua contoh tanaman langka yang menjadikan Indonesia terkenal. Sayangnya, banyak dari spesies ini berada di ambang kepunahan.

Ancaman yang Mengintai

Meski kaya akan keanekaragaman hayati, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan hidup flora dan fauna. Ada beberapa ancaman utama yang menjadi penyebabnya:

  1. Deforestasi
    Hutan Indonesia terus mengalami tekanan dari berbagai aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, setiap tahun, sekitar 480 ribu hektar hutan Indonesia hilang. Hutan yang menjadi habitat spesies langka seperti orangutan dan harimau sumatra semakin menyempit, memaksa mereka keluar dari habitat alaminya.
  2. Perubahan Iklim
    Pemanasan global memengaruhi banyak aspek kehidupan satwa. Pola cuaca yang tidak menentu, kenaikan suhu, dan perubahan ekosistem membuat banyak spesies kesulitan beradaptasi. Contohnya, suhu pasir yang meningkat di pantai-pantai Indonesia memengaruhi rasio kelamin penyu, sehingga mengancam keseimbangan populasi mereka.
  3. Pemburuan dan Perdagangan Ilegal
    Satwa eksotis Indonesia sering menjadi target pemburuan liar untuk dijadikan koleksi, obat tradisional, atau barang mewah. Burung cendrawasih, trenggiling, dan orangutan adalah beberapa spesies yang paling sering menjadi korban perdagangan ilegal. Dalam Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, masalah ini menjadi sorotan utama.

Dr. Andika Putra, seorang ahli ekologi yang menjadi narasumber dalam Forum Bumi, mengatakan, "Ketika satu spesies punah, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh ekosistem lokal, tetapi juga memengaruhi keseimbangan ekosistem global."

  1. Hilangnya Nilai Budaya
    Di masa lalu, masyarakat adat di Indonesia sangat menghormati alam. Hutan dianggap sebagai tempat sakral, dan banyak satwa diberi gelar kehormatan seperti "Datuk". Sayangnya, modernisasi dan kebutuhan ekonomi telah mengubah cara pandang ini. Kini, hutan dan satwa liar lebih sering dipandang sebagai sumber daya ekonomi semata.

Upaya Konservasi yang Sedang Dilakukan

Meski menghadapi banyak tantangan, ada berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikan puspa dan satwa Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Pendirian Taman Nasional
    Indonesia memiliki lebih dari 50 taman nasional yang berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi flora dan fauna. Contohnya, Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatra adalah rumah bagi orangutan, badak sumatra, dan harimau sumatra. Taman Nasional Komodo melindungi habitat komodo, yang hanya ada di Indonesia.

Meski demikian, tantangan dalam pengelolaan taman nasional tetap ada. Pengawasan dan pendanaan sering kali menjadi kendala utama, terutama di daerah terpencil.

  1. Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa
    Lembaga seperti Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) telah menyelamatkan ratusan orangutan dari perburuan dan perdagangan ilegal. Setelah melalui proses rehabilitasi, mereka dilepasliarkan ke habitat aslinya.
  2. Keterlibatan Masyarakat Lokal
    Pelibatan masyarakat lokal dalam pelestarian lingkungan mulai menunjukkan hasil positif. Beberapa komunitas di Papua, misalnya, mengembangkan ekowisata berbasis komunitas yang tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga meningkatkan ekonomi masyarakat.
  3. Inisiatif Global
    Indonesia turut serta dalam inisiatif global seperti 30 by 30 initiatives, yang bertujuan melindungi 30% daratan dan lautan dunia pada tahun 2030. Selain itu, moratorium izin pembukaan hutan primer juga merupakan langkah positif dari pemerintah untuk menekan laju deforestasi.

Pentingnya Edukasi dan Teknologi

Edukasi adalah salah satu kunci untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap keanekaragaman hayati. Kampanye kesadaran tentang pentingnya flora dan fauna, seperti yang dilakukan dalam Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia, membantu meningkatkan partisipasi publik dalam upaya konservasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun