Mohon tunggu...
iqbal alifabdillah
iqbal alifabdillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa universitas negeri surabaya program studi ilmu administrasi negara angkatan 2023 memiliki hobi berolahraga lari

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pejabat Anti Kritik Penghalang Demokrasi dan Transparansi

21 Oktober 2024   19:56 Diperbarui: 21 Oktober 2024   19:56 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di tengah upaya memperjuangkan demokrasi dan transparansi, fenomena pejabat anti kritik tengah menjadi subjek perdebatan hangat di indonesia. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada level nasional tetapi juga mencerminkan dari berbagai institusi publik. Pejabat anti kritik juga aktif dalam mengontrol dan menekan upaya pencegahan korupsi dan aktivis hak manusia. Dengan membatasi akses ke informasi dan membatasi kebebasan berpendapat, mereka mencoba untuk menghindari korupsi politik yang potensial.

Pejabat anti kritik merupakan suatu individu yang alih menerima masukan dan kritik sebagai bagian dari proses evaluasi dan perbaikan, tetapi bahkan malah menjadi tolak balik dan bahkan menindaklanjuti kritik tersebut dengan cara yang represif. Sikap ini tidak hanya mencerminkan ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan tetapi juga menunjukkan adanya kepentingan pribadi yang mungkin terkait dengan praktik korupsi. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya pemerintah berkomitmen pada prinsip demokrasi. Sebaliknya, mereka malah memilih untuk mempertahankan status quo yang menguntungkan kelompok oligarki. Dalam situasi ini kritik seharusnya menjadi alat untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas justru malah dianggap sebagai suatu ancaman. Hal ini berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan menghambat kemajuan yang berkelanjutan.

 Di era demokrasi dan keterbukaan sektor informasi sasat ini, kritik seharusnya menjadi bagian yang integral dari proses pemerintahan dan pengambilan keputusan. Ancaman terbesar dari pejabat anti kritik adalah menyingkirkan suara kebenaran dari masyarakat maupun pemerintahan dan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan Namun, fenomena pejabat yang anti kritik ini semakin marak terjadi pada berbagai tingkatan pemerintahan. Pejabat yang menolak adanya kritik baik dari masyarakat maupun media, hal itu dapat menghambat kemajuan pemerintahan. Pejabat yang anti kritik ini merupakan suatu individu yang berada dalam posisi kekuasaan tetapi sangat enggan menerima dan menanggapi adanya kritik.

Mereka seringkali berusaha untuk menutup telinga terhadap suara yang berbeda-beda, mereka juga menganggap kritik sebagai suatu serangan kepada pribasi dan memilih untuk mempertahankan status quo daripada mencari solusi yang terbaik. Sikap anti kritik ini bisa muncul di berbagai strata tingkat pemerintahan, mulai dari pejabat daerah hingga tingkat pusat. Oleh karena itu penting untuk memahami dampak negatif dari pejabat anti kritik dan mencari solusi untuk menciptakan budaya dimana kritik diterima sebagai bagian integral dari pengambilan keputusan publik.

 

Apakah ada dampak negatif dari pejabat yang anti kritik itu?

Tentu saja ada dampak negatif nya diantaranya seperti ketidakmampuan para pejabat untuk menerima kritik mengakibatkan stagnasi dalam pembangunan lalu ketika ada suatu masukan dari masyarakat tersebut akan diabaikan maka proyek itu tidak akan memenuhi kebutuhan masyarakat, rasa skeptis masyarakat terhadap pemerintah juga akan meningkat ketika pejabat tidak mau mendengarkan suara rakyatnya seakan-akan kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah akan menurun drastis. Kritik juga seringkali menjadi suatu hal untuk mendorong adanya sebuah inovasi, tanpa adanya feedback yang konstruktif, pejabat tidak akan merasa terdorong untuk mencari cara terbaru dalam penyelesaian sebuah masalah yang ada. Dalam beberapa kasus pejabat yang anti kritik dapat berujung pada tindakan represif terhadap individu atau kalangan kelompok yang menyuarakan pendapat mereka. Ini tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga menciptakan iklim ketakutan yang dapat menghambat komunikasi mereka. Ketika pejabat tidak mau untuk mendengarkan kritik, maka mereka berisiko dengan kehilangan legitimasi mereka di mata publik. Krisis legitimasi ini dapat memicu protes sosial dan ketidakstabilan politik yang lebih luas.

Pemerintah perlu untuk menciptakan mekanisme yang memungkinkan dalam keterbukaan ifnormasi dan transparansi dalam pengambilan sebuah keputusan untuk memudahkan masyarakat memberikan kritik yang lebih konstruktif, mengadakan pelatihan pentingnya menerima kritik serta bagaimana menangani feedback baik menjadi hal sangat penting bagi para pejabat publik, menciptakan forum diskusi antara pejabat dan masyarakat dapat menjadi sarana untuk mendengarkan masukan secara langsung namun forum ini harus bersifat inklusif dan terbuka bagi kalangan masyarakat. Selain itu mengikutsertakan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kebijakan yang diambil. Cara yang terakhir untuk mengatasi permasalahan ini juga harus ada penegakan hukum terhadap tindakan yang represif dilakukan oleh pejabat terhadap individu dan kelompok yang menyuarakan kritik. Hal ini semua penting untuk melindungi hak asasi manusia dan menciptakan iklim demokratis yang sehat.

Pejabat yang anti kritik merupakan suatu ancaman yang serius bagi kemajuan dan trasnparansi dalam pemerintahan. Pejabat anti kritik bukan hanya sosok figur yang statis tetapi juga simbol stagnasi dan resistensi terhadap perubahan positif. Untuk menghindari dampak negatifnya maka dalam suatu organisasi harus berkomitmen penuh dalam mempromosikan budaya open communication, pelatihan leadership yang kompeten serta evaluasi regular yang objektif. Sikap melindungi terhadap adanya kritik tidak hanya menghambat inovasi tetapi juga merusak kepercayaan publik serta legitimasi pemerintahan itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan budaya dimana kritik dianggap sangat penting sebagai wadah untuk perbaikan bukan serangan yang bersifat subjektif. Dengan mendorong keterbukaan, transparansi serta partisipasi aktif masyarakat kita dapat membangun pemerintahan yang responsif dan akuntabel. Dalam konteks ini setiap individu baik sebagai bagian dari pemerintah maupun masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan dimana kritik konstruktif dihargai dan dijadikan sebagai pendorong kemajuan kesejahteraan bersama. Dengan cara inilah kita bisa berharap untuk mencapai tujuan bersama demi kesejahteraan masyarakat dan negara tercinta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun