Mohon tunggu...
Iqbal Alfajri
Iqbal Alfajri Mohon Tunggu... Desainer - Filmmaker

Saya adalah seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Renungan 25 Ramadan: Peran Ayah dalam Pendidikan Anak

5 April 2024   14:32 Diperbarui: 5 April 2024   14:41 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terdapat beberapa kisah ayah bersama anaknya dalam Al-Qur'an. (Dok. pexels - ordinary people)

Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang termasuk dalam kategori fatherless country atau “negara kekurangan ayah”. Fatherless country merupakan sebuah negeri yang ditandai keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran, dan keterlibatan figur ayah secara signifikan dan hangat dalam kehidupan sehari-hari seorang anak di rumah.

Kurangnya keterlibatan peran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak membuat anak-anak Indonesia menjadi father hungry atau “lapar pada sosok ayah”. Kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan psikologis yang fatal. Kondisi father hungry ini dapat berakibat pada rendahnya harga diri anak, anak tumbuh dengan kondisi psikologis yang tidak matang atau kekanak-kanakan, tidak mandiri, kesulitan menetapkan identitas seksual, kesulitan dalam belajar, hingga kurang bisa mengambil keputusan atau tidak tegas. Bagi anak perempuan tanpa model peran ayah setelah dewasa sulit menentukan pasangan yang tepat untuknya hingga dapat salah dalam memilih pria yang layak hingga salah dalam memilih jodoh.

Bagaimana Islam menyikapi permasalahan ini? Dalam Al-Qur'an terdapat beberapa kisah ayah bersama anaknya. Di antaranya adalah kisah Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Ya'qub, Nabi Yusuf, dan Luqmanul Hakim. Proses pendidikan anak bukan hanya terjadi pada masa sekarang saja, tetapi terjadi juga pada para nabi dan rasul.

Keterlibatan sosok ayah dalam pendidikan tercatat dalam sejarah Islam. Abu Bakar Ahmad bin Kamil yang hidup di tahun 350 hijriah, senantiasa memantau pendidikan putrinya yang bernama Amat As-Salam, ditengah kesibukannya sebagai hakim. Bahkan beliau selalu mencatat jumlah hafalan hadits putrinya tersebut.

Seorang pakar pendidikan Islam bernama Ibnu Sahnun yang hidup tahun 256 hijriah mencatat bahwa Hakim Isa bin Miskin selalu memanggil dua putrinya setelah shalat Ashar untuk diajari Ak-Qur'an dan pengetahuan lainnya. Demikian pula dengan Asad bin Al-Furat, panglima perang yang menaklukkan kota Sicily, ternyata juga mendidik sendiri putrinya.

Melihat contoh-contoh di atas, harusnya para ayah tidak lagi beranggapan bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab ibu saja. Seorang ayah tidak boleh berlalu seperti orang bisu, tidak punya waktu berdialog, bercanda, dan bermain dengan anak-anaknya. Padahal dalam Al-Qur'an dialog antara ayah dengan anaknya disebutkan sebanyak 14 kali. Sedangkan dialog ibu dan anaknya hanya 2 kali saja.

Rasulullah Saw adalah ayah terbaik bagi anak-anaknya. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa Rasul pernah shalat sambil membawa purtinya Umamah. Bila berdiri, beliau menggendongnya, sedangkan bila sujud, beliau meletakkannya. Hal itu dilakukan beliau saat menunaikan shalat wajib.

Para sahabat Nabi juga sangat dekat dengan anak-anaknya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab Ra pernah berjalan merangkak, sedangkan anak-anaknya naik di punggungnya sambil bermain. Umar berjalan seperti kuda. Saat ditanya apakah pantas seorang amirul mukminin berlaku seperti itu, Umar menjawab bahwa seorang ayah seharusnya menjadi seperti anak-anak (dalam kelembutan dan keterbukaan) dalam keluarganya.

Begitulah ajaran Islam mencontohkan sikap seorang ayah bersama anak-anaknya di rumah. Sedangkan bila seorang ayah berada di luar rumah, dia harus menjadi seorang laki-laki yang tegas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun