Mohon tunggu...
iqbal ajie saputra
iqbal ajie saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Frelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya iqbal ajie saputra seorang penulis pemula rendah hati dan saya mendapatkan prestasi riset nasional inovasi talenta indonesia 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seni Mengoreksi

6 Oktober 2022   07:38 Diperbarui: 6 Oktober 2022   07:44 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya sedang duduk dalam pesawat dari London ke New York. Menurut anda, pesawat yang anda tumpangi itu berada tepat di jalurnya pada waktu berapa lama? 90% waktu penerbangan? 80% waktu penerbangan? 70% waktu penerbangan? Jawaban yang benar adalah tidak pernah sama sekali titik duduk di samping jendela pernah memandang ke ujung sayap, Anda dapat melihat kemudi guling atau aileron melompat-lompat terus menyusutkan pesawat ke jalur penerbangan. Ribuan kali per detik pilot otomatis memperhitungkan kembali jarak antara posisi sebenarnya dan posisi seharusnya, untuk kemudian mengeluarkan perintah perbaikan posisi.

Saya Seringkali merasakan kesenangan menerbangkan pesawat-pesawat kecil tanpa pilot otomatis, sehingga perbaikan-perbaikan posisi sangat kecil itu menjadi tugas saya. Jika saya melepaskan kendali, bahkan untuk 1 detik saja, pesawat praktis akan menyimpang. Anda akan memahami itu saat menyetir mobil: bahkan di jalan tol yang sangat lurus, anda tidak dapat melepaskan tangan dari kemudi tanpa resiko mobil berbelok atau bahkan mengalami kecelakaan.

Kehidupan kita seperti pesawat atau mobil. Kita tidak mau begitu kita ingin semuanya berjalan seperti rencana, dapat diramalkan, dan tidak terganggu. Dengan begitu kita hanya perlu memperhatikan persiapannya, yak ini dengan menentukan titik awal yang optimal. Kita akan mengaturnya dengan sempurna di awal pendidikan, karir, kisah cinta, keluarga dan mencapai tujuan kita sesuai rencana. Tentu saja, Saya yakin anda tahu, bahwa cara kerjanya bukanlah begitu.6 kehidupan kita penuh dengan guncangan, dan kita menghabiskan banyak waktu berhadapan dengan angin dan cuaca yang tidak terduga. Sementara kita tetap saja bersikap Naif layaknya pilot di cuaca baik: kita menilai terlalu tinggi peranan persiapan dan secara seksama sistematis meremehkan peran koreksi.

Sebagai pilot amatir, saya telah belajar bahwa yang terpenting bukanlah persiapan awal memainkan seni mengoreksi setelah lepas landas. Setelah jutaan tahun, Alam juga menyadarinya. Saat sel membelah, kesalahan terus-menerus yang terjadi dalam materi genetik di salin, Sehingga dalam setiap sel terdapat molekul yang secara retroaktif mengoreksi kesalahan-kesalahan sebelumnya. Tanpa proses perbaikan DNA, seperti yang diketahui, kita akan meninggal akibat kanker beberapa jam setelah pembuahan. Sistem kekebalan kita mengikuti prinsip yang sama. Tidak ada ancaman utama, karena ancaman tidak mungkin diramalkan. Virus dan bakteri yang tidak bersahabat harus menerus bermutasi, dan pertahanan kita hanya dapat berfungsi melalui koreksi secara terus-menerus.

Jadi jangan terkejut bila Anda mendengar pernikahan yang kelihatannya sempurna antara dua orang yang cocok tiba-tiba berada di ujung tanduk. Itu adalah contoh konkrit dari penilaian berlebihan terhadap fungsi persiapan. Terus terang, siapapun yang pernah berada dalam suatu hubungan seharusnya tahu bahwa semuanya tak akan berjalan lancar tanpa perbaikan dan penyesuaian terus-menerus. Semua hubungan harus secara konsisten dirawat. Kesalahpahaman yang paling umum saya temui adalah: hidup tentram dianggap sebagai kondisi yang stabil. Salah. Hidup tentram hanya dapat dicapai melalui penyesuaian ulang yang dilakukan berkali-kali.

Jadi Mengapa kita sangat enggan untuk mengoreksi dan memperbaiki? Karena kita menerjemahkan setiap potongan kecil pekerjaan perbaikan sebagai dampak dari kecacatan .rencana jelas sekali, kita mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa rencana kita tidak berhasil. Kita malu. Kita merasa seperti orang gagal. Sejujurnya, rencana hampir tidak pernah berhasil sampai ke detail terakhir; jika seseorang pernah berhasil tanpa hambatan berarti, itu benar-benar kebetulan. Seperti yang seorang jenderal dan kemudian presiden Dwight Eisenhower katakan, plan bukanlah apa-apa. Perencanaan planning adalah segalanya. Artinya, ini bukanlah mengenai adanya suatu rencana pasti, melainkan mengenai perencanaan ulang terus-menerus proses yang berjalan. Begitu pasukan berhadapan dengan musuh, eisenhower menyadari, rencana apapun tidak akan berguna.

Konstitusi politik memberikan dasar hukum yang menjadi landasan Untuk Semua peraturan lain, dan secara teori seharusnya berlaku Abadi tanpa tersentuh. Namun, nyatanya, konstitusi politik pun tetap direvisi konstitusi Amerika Serikat yang awalnya ditandatangani pada 1787 sejauh ini telah diubah 27 kali. Konstitusi Federal konfederasi Swiss telah mengalami dua kali revisi menyeluruh sejak 18 48 dan lusinan kali revisi perbagian. Undang-undang Federal Jerman tahun 1949 telah diubah 60 kali. Ini bukan hal yang memalukan; malah sungguh masuk akal. Kemampuan untuk mengoreksi adalah landasan untuk berjalannya demokrasi ini bukan masalah memilih orang yang tepat atau persiapan yang tepat ; ini adalah masalah mengganti orang yang salah tanpa pertumpahan darah. Demokrasi memiliki mekanisme yang menuntut adanya fungsi koreksi dan sistem pemerintahan yang memiliki mekanisme ini hanya demokrasi.

Sayangnya, di bidang lain kita kurang bersedia mengoreksi diri kita sendiri. Masih sekolah kita sangat mengarah ke persiapan: penekanan pada pengetahuan dan sertifikat mengesankan bahwa hidup hanya tentang mendapatkan nilai yang nantinya akan digunakan untuk mengejar karir yang baik. Sementara itu, hubungan antara gelar dan kesuksesan kerja semakin melemah, dan kemampuan untuk mengkoreksi diri sendiri menjadi semakin penting walaupun hampir sama sekali tidak diajarkan di sekolah.

Fenomena yang sama terlihat jelas dalam perkembangan karakter kita. Saya yakin anda mengenal setidaknya satu orang yang anda anggap sebagai individu yang bijaksana dan dewasa. Bagaimana menurut anda: apakah persiapannya gen yang sempurna, asuhan yang ideal, dan pendidikan kelas 1 yang membuat orang itu sangat dewasa? Atau tindakannya mengoreksi, pengalamannya menghadapi masalah dan kegagalan serta caranya memperbaiki kekurangan diri secara perlahan?

Kesimpulannya, Kita harus menghapuskan stigma yang menempel pada kegiatan mengoreksi. Orang yang mengoreksi diri sejak awal memiliki keuntungan dibandingkan dengan mereka yang membutuhkan waktu lama untuk mencari persiapan yang sempurna. Tidak ada pelatihan yang ideal ada lebih dari satu tujuan hidup. Tidak ada strategi bisnis yang sempurna, tidak ada portofolio saham yang optimal, tidak ada satu pekerjaan yang tepat. Semua itu mitos. Pernyataannya adalah: Anda mulai dengan satu persiapan lalu terus-menerus menyesuaikannya. Semakin rumit dunia semakin tidak penting titik Awal anda. Jadi jangan investasikan semua sumber daya Anda ke dalam persiapan yang sempurna dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi anda. Akan tetapi, lakukanlah seni mengoreksi dengan memperbaiki hal-hal yang tidak terlalu berhasil dengan cepat dan tanpa merasa bersalah. Bukan kecelakaan kalau saya mengetik kalimat-kalimat ini menggunakan Word 14.7.1 sudah bertahun-tahun versi 1.0 tidak dijual lagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun