Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... -

lahir dan besar di palopo, alumni fakultas ekonomi unhas, sementara kuliah di Magister Sains FEB UGM.Menetap sementara di Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Strauss-Kahn dan Nazaruddin

26 Mei 2011   18:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negeri yang sering kita hujat kafir sekalipun, keadilan masih bisa dirasakan. Setidaknya itu yang kita lihat belakangan. Di Amerika sana, seorang pelayan hotel tidak ada bedanya dengan seorang presiden. Jika haknya di rebut, maka kekuatan hukum tak memberi ampun bagi yang melanggarnya. Termasuk bila yang melecehkannya itu adalah seorang bos IMF, lembaga keuangan internasional yang sedekade lalu begitu menjajah bangsa ini.

Strauss-Kahn, presiden IMF sekaligus calon presiden Perancis dibuat tidak berdaya di depan hukum. Tidak sampai berbulan dari kejadian ia melecehkan seorang pelayan hotel, ia harus menerima ganjarannya dipenjara sekaligus mundur dari jabatan sebagai bos IMF. Kekuasaan IMF yang begitu disegani negara-negara miskin dan berkembang rupanya tidak lantas membuat bosnya kebal hukum.

Disini, saya merasa Amerika yang sering kita klaim kafir dan tak berperikemanuasiaan itu justru menampilkan wajah yang lain. Terlepas dari segala arogansi Amerika di irak dan afghanistan, saya justru menemukan hal yang jauh lebih humanis dalam kasus Strauss-Kahn.

Maaf bila anda terusik dengan tulisan ini. Tapi bukankah faktanya demikian, seorang pelayan hotel masih bisa merasakan keadilan bahkan bila diperhadapkan dengan seorang penguasa besar dengan kekuatan finansial yang mungkin saja bisa membayar ribuan pengacara.

Kondisi terbalik dengan negara kita, yang lebih sering kita banggakan sebagai negara orang beragama. Bersamaan dengan kasus Strauss-Kahn, di negeri ini juga terdapat tokoh yang sebenarnya tidak memiliki kekuasaan sebesar Strauss-Kahn tapi begitu kebal dari jeratan hukum. Namanya Nazaruddin. Hanya seorang bendahara partai penguasa, namun lagaknya bak presiden. Aparat hukum yang begitu sering berkoar tentang pemberantasan korupsi dibuat tidak berkutik olehnya.

Padahal, selain kasus dugaan korupsi dan gratifikasi, Nazaruddin juga dilaporkan atas tindak pelecehan terhadap seorang sales promotion girls (SPG) beberapa waktu lalu.Tapi tetap saja, ia tak tersentuh hukum, malah masih menjabat sebagai anggota DPR.

Tidak perlu heran kawan, memang beginilah adanya. Keadilan hanyalah dongeng di negeri ini. Tidak perlu berharap banyak dari sapu yang kotor, lantai tidak tidak akan pernah bersih olehnya. Juga tidak perlu berharap banyak dari pemimpin yang penakut.

Membandingkan Strauss-Kahn dan Nazaruddin, mungkin ada benarnya Rostow, butuh ratusan tahun lagi bagi negeri ini untuk bisa membuat orang macam Nazaruddin tidak kebal hukum seperti Strauss-Kahn di Amerika sekarang ini. Atau adakah cara lain yang lebih singkat untuk membuat semua kita dapat merasakan keadilan? Bertanya ji ka ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun