Mohon tunggu...
Iqbal
Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya peminat pendidikan, saat ini berprofesi sebagai guru Madrasah Tsanawiyah. Hobi tenis meja dan membaca memantik minat saya untuk terus belajar menulis. Topik yang saya minati bidang Humaniora, dan Ruang Kelas. Salam Kompasianer!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dan Bermain, Mungkinkah?

2 November 2024   10:59 Diperbarui: 3 November 2024   09:31 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar dan Bermain. Kadang dua kata itu dianggap bertentangan. Tak jarang dua kata itu diberi makna skeptis. Bermain mengganggu belajar sebaliknya belajar mengganggu rasa senang bermain anak. Tampaknya kita sudah terlalu lama dijejali definisi yang kurang tepat tentang belajar. Padahal, kalau kita mau menilik lebih jauh, bahwa belajar dan bermain memiliki konotasi positif, maknanya bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain dengan pengertian bahwa belajar itu menyenangkan. Belajar selama ini dianggap baik dan efektif, jika siswa datang, duduk dengan tenang, diam, mencatat materi pelajaran sembari menunggu jam pulang sekolah. Sementara itu, guru memasang muka serius dan seram, siswa mendengarkan dengan seksama semua petuah dan pengajaran dari guru, tanpa ada kesempatan untuk bertanya dan memberikan respon pada saat pembelajaran berlangsung. 

Pembelajaran yang kaku dan cenderung menekan membuat kreatifitas siswa hilang dan bahkan tidak berkembang. Menurut Seto Mulyadi mantan ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak mengutarakan, bahwa kurikulum pendidikan dasar di Indonesia cukup membebani dan membatasi kreatifitas anak. Padahal kreatifitas menjadikan anak dapat mengaktualisasikan dirinya. Anak berani berekspresi sehingga memantik fungsi otak anak dapat berjalan maksimal tatkala anak diberikan kesempatan untuk unjuk kemampuan dan berimajinasi.

Sekolah yang asik adalah sekolah yang kegiatan pembelajaran tidak kaku dan monoton. Sekolah yang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran.  tanpa memunculkan rasa keingintahuan anak (child curiosity) dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya transfer of knowledge tetapi lebih komprehensif yaitu suatu proses bagaimana menanamkan konsep, mampu mengaplikasikan konsep sampai pada penguasaan pengetahuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun