[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Pantai Kalaki"][/caption] Mengangkat obyek wisata pantai di negara dengan garis pantai yang sangat panjang seperti Indonesia memang tidak akan pernah ada habisnya. Hampir setiap propinsi di Indonesia memiliki wilayah perairan dengan varian daya tarik cukup tinggi. Sebut saja beberapa pantai yang menjadi surfing point, snorkling dan diving point, atau pantai yang tidak begitu ideal untuk olah raga air tapi cukup menarik menjadi area rekreasi untuk sekadar berkeliling menikmati perairan yang tenang. Teluk Bima memang tidak memiliki ombak yang besar yang menjadi incaran surfer lokal dan manca untuk ditaklukkan. Letak geografisnya yang berupa teluk di laut pedalaman menjadikan gelombang dan ombak di Teluk Bima sangat kecil. Panorama bawah laut di tempat ini pun tidak terlalu menarik untuk dijelajahi lantaran minim terumbu karang dan dasar perairan mayoritas berupa pasir dan sebagian kecil berlumpur. [caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Bagan di Tengah Pantai Kalaki"]
Bagan di Tengah Pantai Kalaki
[/caption] Kendati tidak memiliki daya tarik layaknya pantai-pantai di Pulau Lombok dan Pulau Bali, Teluk Bima jelas tetap memberikan suguhan unik kepada pengunjungnya. Pantai-pantai di wilayah Teluk Bima umumnya memiliki gelombang kecil dan sangat tenang. Beberapa pantai terletak di teluk ini antara lain Pantai Kalaki, Pantai Lawata, dan beberapa pantai di wilayah Desa Kolo. Pantai yang disebut pertama adalah pantai yang paling populer dan setidaknya sudah mendapat perhatian dari pemerintah. Pantai Kalaki terletak di Kabupaten Bima dengan jarak 15 menit menggunakan kendaraan bermotor dari Kota Bima. Saya sendiri memilih bersepeda selama 30 menit untuk mencapai pantai ini. Terlihat land improvement di beberapa bagian Pantai Kalaki ditandai dengan adanya tempat parkir yang cukup representatif dan beberapa gazebo dan pondokan kecil. Bersepeda di pagi hari menuju Pantai Kalaki memang cukup menyenangkan kendati banyak ketidaknyamanan di sana sini. Perjalanan  dari Kota Bima menuju Pantai Kalaki melewati jalur lintas Sumbawa--Dompu-Bima-Sape. Jadi saya menggunakan jalur utama yang juga dilewati bus dan truk yang hendak menuju Dompu atau Sumbawa dari Bima atau Sape dan juga sebaliknya. Sebuah ketidaknyamanan yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah lokal jikaingin serius mengembangkan pariwisata di Teluk Bima. Suasana segar mulai kita dapat sejenak setelah melewati Pos Polisi di Desa Panda.  Adanya cabang jalan yang mengurai padatnya bus dan truk sedikit memberikan kenyamanan bersepeda. Dalam perjalanan menuju Pantai Kalaki, setelah melewati Pos Polisi Panda kita akan melewati Arena Pacuan Kuda Panda Bima, tempat dihelatnya adu cepat joki menunggang kuda. Uniknya para joki kebanyakan anak-anak kecil. Tak heran mayoritas anak kecil di lingkungan pedesaaan Kabupaten dan Kota Bima mahir menunggang kuda. Pantai Kalaki adalah pantai berpasir putih dengan gelombang yang tenang. Cocok untuk tempat berekreasi bersama keluarga, baik yang ingin berputar-putar di sekitar perairan Kalaki, Lawata, sampai Pulau Kambing ataupun yang hanya ingin bermain air di tepian. Saya sendiri sempat melepas sedikit lelah di tepian pantai, yang sayangnya kurang lebar dan terlalu dekat dengan bahu jalan yang dibuat curam, sebelum kemudian mencoba menyewa perahu kecil untuk berputar di seputaran Kalaki. Sang ojek perahu bersedia mengantarkan saya berputar dan melihat bagan (sejenis karamba yang ada di tengah laut untuk menangkap ikan). Jika berminat, silakan minta kepada pemilik bagan, yang kebanyakan tinggal di perkampungan leyan 100 meter sebelum Pantai Kalaki dari arah Bima, untuk mengantarkan kita naik ke bagan. Akan lebih menarik lagi jika minta dijelaskan bagaimana para nelayan menangkap ikan di bagan dengan memancing ikan untuk mendekat ke bagan menggunakan sinar lampu di malam hari. Belajar sambil bermain bukan. Atau jika suka berenang, naiklah perahu sampai agak ke tengah pantai dan berenanglah di perairan dangkal yang tenang. Cukup menyenangkan walau tanpa terumbu karang dan ikan hias berkeliaran. [caption id="" align="aligncenter" width="299" caption="Ojek Perahu"]
[/caption] Tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menyewa ojek perahu ini. Cukup mengeluarkan biaya Rp.2000 untuk masing-masing penumpang (kebetulan saya hanya satu-satunya penumpang saat itu sehingga saya berinisiatif untuk membayar lebih). Jadi jika akan berkunjung ke Pulau Komodo atau ke Pantai Toro Wamba, mampirlah sebentar ke Pantai Kalaki. Tak spektakuler tapi tetap menarik. [caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Ojek Perahu "]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya