Mohon tunggu...
I Putu Karmana
I Putu Karmana Mohon Tunggu... lainnya -

Alumni Arkeologi Univ. Udayana - Bali. Hobi jalan-jalan dan aktif di kegiatan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perdamaian Berbasis Agama/Tradisi Bali

9 Desember 2016   23:21 Diperbarui: 9 Desember 2016   23:49 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama bisa berkontribusi dalam perdamaian dan harmoni di Indonesia. Pada dasarnya, setiap   agama mengajarkan kebaikan, kebaikan yang bersumber dari hal yang damai, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan alam, serta dengan saudara yang berbeda keyakinan. Indonesia yang terdiri berbagai ras, suku dan agama. Keberagaman yang telah berlangsung  dari ribuan  tahun lalu dengan datangnya orang-orang  dari berbagai belahan dunia ke Nusantara. Sekaligus penyebaran agama juga berlangsung, hingga terjadi perubahan kepercayaan dari Animisme dan Dinamisme menjadi agama-agama, seperti Hindu, Budha, Islam maupun Kristen.

Penduduk Bali mayoritas adalah beragama Hindu. Agama Hindu yang dijalankan di Bali lebih

nampak sebagai agama budaya, karena hampir setiap pelaksanaan ibadahnya tidak lepas dari tradisi-tradisi warisan masa lalu. "Tiada Tari Tanpa Upacara di Bali", kata yang tepat untuk menggambarkan ciri khas Hindu yang berkembang di Bali. Tujuan dari pelaksanaan berbagai

upacara Yadnya di Bali adalah wujud rasa syukur dan berdamai dengan alam. Karena masyarakat Bali sendiri sangat dekat dengan alam, sehingga berbagai sarana upacara yang dilaksanakan bersumber dari alam dan kembali ke alam.

Kepercayaan yang berkembang di Bali adalah salah satu bentuk perpaduan unik, karena pada

awalnya agama Hindu ini disebarkan pendeta Hindu dari tanah Jawa, yang membawa tradisi Jawa, hampir bersamaan dengan masuknya agama Budha ke Bali. Masuknya agama Hindu ini

tidak diterima begitu saja, tapi dipadukan dengan tradisi asli masyarakat Bali, adanya pengaruh budaya Tionghoa juga dapat dirasakan hingga sekarang. Ketika itu beberapa kampung Bugis yang beragama Islam telah berkembang di berbagai wilayah pesisir Bali yang hidup damai dengan  masyarakat Hindu Bali yang dominan. Belakangan misionaris yang menyebarkan agama   Kristen hingga sekarang, juga memasukan unsur tradisi dalam pelaksanaan ibadahnya. Berbagai agama yang masuk ke Bali, tidak ditelan begitu saja, tapi tetap menjaga tradisi leluhur, sehingga antara  pemeluk  agama  yang  satu  dengan lainnya  dapat  berjalan beriringan. Bali dapat menjadi tempat bagi kawan-kawan yang berasal dari berbagai daerah maupun belahan dunia untuk belajar lebih dalam tentang perdamaian. Hingga dibuat  monumen  Gong Perdamaian yang menjadi simbol perdamaian dunia. Kehidupan masyarakat Bali dari masa Bali Kuno hingga Bali Modern telah berubah drastis, sehingga memberikan  sinergi dalam perbedaan agama dan tradisi. Sangat penting sekali bagi masyarakat Bali yang kini majemuk, untuk menyelaraskan antara tradisi lokal dengan visi global.

Keinginan untuk menciptakan perdamaian dunia, telah dimulai anak-anak muda dari berbagai   latar belakang suku dan agama di Bali menyelenggarakan kegiatan sosial baik sumbangan ke panti asuhan Kristen, buka puasa bersama dengan anak-anak yatim piatu, hingga bakti sosial di berbagai Pura di Bali, serta kegiatan lintas agama lainnya. Bila ingin belajar tentang perdamaian yang mendalam, Bali adalah salah satu barometer di Indonesia.

Penulis : I Putu Karmana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun