Mohon tunggu...
gede pradipta
gede pradipta Mohon Tunggu... -

sedang meningkatkan kemampuan menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seutas Pahit

13 Oktober 2010   02:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:28 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seutas pahit meleleh dikecap perasaan
Menggetahkan rindu yang memendam berbagai warna muram
Sewaktu nanti setia menjelma pelangi di celah gerimis pagi
Bila gagal, maka menguning pada temaram di tepi jalan menemani sepi

Membentangkan lorong panjang menuju tempat tak bernama, tak bermarga
Dihuni serimpang hening keinginan dan segerombolan letup pengharapan
Muasal dari semua hulu rencana biasa bermula

Tangguntiti, 11 September 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun