Mohon tunggu...
Kaliful Kurniawan
Kaliful Kurniawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sejarah UGM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kampus Kerakyatan yang Kini Menjauh dari Rakyat

3 Oktober 2011   22:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan pada hakekatnya adalah milik seluruh rakyat dan bukan milik sebagian rakyat yang berduit saja. Di kampus tempat saya berkuliah sekarang ternyata tak mau kalah dalam meng-eksklusifkan diri dari semangat kerakyatannya yang telah dirintis oleh para pendiri universitas. Saat PPSMB kemarin,saya dan teman-teman lain telah diberi materi ke-UGM-an yang disitu diterangkan banhwa UGM adalah kampus kerakyatan. Tapi realitanya? Apakah tingginya SPMA itu mencerminkan semangat kerakyatan? Apakah kebijakan KIK itu juga semangat kerakyatan? Ternyata Universitas yang selama ini saya anggap terbaik menyimpan kebusukan komersialisasi pendidikan yang tanpa disadari kita telah menjadi korban dari komersialisasi itu. Berapa banyak teman kita diluar sana yang terpaksa melepas predikat mahasiswa UGM hanya karena SPMA yang terlalu berat bagi ukuran penghasilan orang tua mereka. Memang kita semua sudah tau bahwa besarnya SPMA itu didasarkan pada penghasilan orang tua, tapi seringkali SPMA itu tidak masuk akal juga. Misal di Fak.Kedokteran SPMA 3 = 5.000.001-7.500.000 dikenai biaya 20.000.000 dan SPMA 4 = 7.500.001 keatas dikenai biaya 100.000.000,- Bila ada orang tua dengan penghasilan 7,5 juta dan 7,6 juta berarti si orang tua berpenghasilan 7,6 juta yang hanya berselisih 100.00 rupiah dengan yang berpenghasilan 7,5 juta harus membayar biaya SPMA dengan selisih 80.000.000 dengan yang berpenghasilan 7,5 juta yang kena biaya 20.000.000 (dikutip dari twitter @gertak_ugm dengan pengembangan). Apakah itu rasional? Apa itu yang namanya kerakyatan menurut petinggi Universitas yang katanya Universitas kerakyatan ini? Dalam kasus ini UGM telah jauh melenceng dari hakekatnya sebagai kampus kerakyatan yang harusnya mengabdi untuk mencerdaskan rakyat. Tapi realitanya sekarang adalah seakan-akan Universitas ini berslogan “Orang miskin dilarang masuk UGM”, Saya menjadi sedikit kecewa ketika mengetahui fakta di lapangan bahwa kampus ini sekarang tak lagi ramah dengan yang namanya Kerakyatan, kampus ini sekarang lebih memilih untuk beramah-tamah dengan para kapitalis semakin menindas rakyat hari ini. Mereka mencekik dan membuang mereka yang sebenarnya memiliki kwalitas tapi tak memiliki biaya dan mereka lebih memilih orang-orang bodoh yang berperisai modal besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun