Mohon tunggu...
IPrice Group
IPrice Group Mohon Tunggu... Akuntan - iPrice Insight

Akun Official dari iPrice Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Strategi Teruji dan Gratis Tim Content Marketing Mendapat Publikasi Media

10 Desember 2020   14:58 Diperbarui: 10 Desember 2020   14:59 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditulis oleh Aldo Fenalosa, Content Strategist di iPrice Group.

Tulisan ini pertama kali diterbitkan di halaman blog iPrice Indonesia.

Setelah membaca tulisan ini, kamu akan mengetahui jawaban dari 4 pertanyaan utama tentang strategi data driven content di iPrice:

  1. Apa itu data driven content?
  2. Mengapa data driven content adalah strategi yang sukses?
  3. Apa saja tantangan dalam mengumpulkan data untuk konten?
  4. Bagaimana menghubungkan data dengan brand/klien?

Apa itu data driven content?

Konten berbasis data alias data driven content adalah sebuah produk informasi yang dibangun berdasarkan referensi dan analisis dari sekumpulan fakta dan statistik. Setidaknya, itulah pemahaman yang saya temukan dalam aktivitas tim content marketing di iPrice.

Di era digital, siapapun bisa membuat konten. Hanya saja, akan sulit meyakini audiens jika formula konten yang dibuat sebatas formalitas atau analisis kering tanpa kejelasan data.

Kata-kata tanpa data hanya menjadi sebatas opini. Dan by default, kita lebih sulit menerima opini sebagai informasi utama.

Hal yang sama juga berlaku ketika seorang content marketer membuat konten untuk mendapatkan backlink dari situs-situs internet berotoritas tinggi.

Karena itu itu, divisi Content Marketing tempat saya bekerja menggunakan strategi data driven content untuk mendapatkan backlink.

Mengapa data driven content adalah strategi yang sukses?

Setelah bergabung dalam tim content marketing, saya jadi tahu bahwa agensi marketing besar seperti Fractl, Distilled, dan Builtvisible kerap menggunakan konten berbasis data agar mendapatkan seporsi peliputan di situs-situs media.

Saya juga jadi tahu bahwa konten-konten itu dimuat gratis oleh media. Iya, agensi marketing yang saya sebutkan tadi tidak membayar media yang dituju untuk memublikasikan konten mereka. Kok bisa?

Konten berbasis data sejatinya adalah produk tradisional media massa. Jurnalis merupakan pengumpul data, media adalah tempat mereka mengolah data untuk memenuhi kebutuhan informasi orang ramai.

Produk jurnalistik yang mereka kemas, seperti straight news atau artikel feature, dihimpun dari data-data yang mereka temukan ketika meliput di lapangan atau riset di berbagai platform. Data dianggap terpercaya hanya bila menyajikan informasi yang akurat dengan pedoman asal dan akses yang jelas.

Data-data itu kemudian mereka saring berdasarkan peringkat nilai berita. Nilai-nilai berita sangat penting dalam proses ini karena membantu jurnalis untuk mengidentifikasi unsur-unsur cerita yang akan menarik perhatian banyak orang.  

Jadi, selama content marketer dapat menunjukan data terpercaya dan cerita yang newsworthy di dalam konten mereka, media massa akan dengan senang hati memuat konten itu karena pekerjaan mereka dalam mengolah informasi jadi lebih ringan dan efisien.  

Apalagi, menurut tulisan yang dimuat MOZ, tren jurnalisme data di situs media semakin meningkat sejak beberapa tahun belakangan.

Berkat implementasi konten berbasis data sejak empat tahun terakhir, iPrice berhasil mendatangkan 400 ribuan backlinks ke situs iPrice.co.id yang mayoritas berasal dari situs media massa (*berdasarkan data dari Ahrefs tanggal 5 November 2020).  

Salah satu konten berbasis data yang punya performa paling tinggi dan paling sering diberitakan media adalah laporan Peta E-commerce Indonesia yang terbit sejak tahun 2017. 

Apa saja tantangan dalam mengumpulkan data untuk konten?

Langkah awal dalam membuat konten berbasis data adalah mengumpulkan data.

Tapi data tidak selalu otomatis hadir dalam bentuk spreadsheet atau tabel-tabel yang siap untuk dianalisis. Terkadang, data yang dimau lebih banyak berceceran di pojok-pojok internet dengan akses yang tidak jelas.

Di tim content marketing iPrice sendiri, ada dua tantangan utama ketika mengumpulkan data, yaitu:

  1. Sumber data yang terpercaya.
  2. Relevansi data dengan ide konten.  

Untuk mengatasi tantangan itu, kami menggunakan sejumlah pendekatan, yakni:

  1. Optimalisasi data internal. Kami cukup sering mengoptimalkan data internal sebagai sumber data yang terpercaya. Beruntung iPrice memiliki data katalog produk yang diagregasi dari berbagai merchant di industri e-commerce. Data internal ini memiliki informasi yang cukup relevan untuk memahami perilaku konsumen belanja online.
  2. Meninjau konten yang sudah ada. Kami cukup sering mengoptimalkan data internal sebagai sumber data yang terpercaya. Beruntung iPrice memiliki data katalog produk yang diagregasi dari berbagai merchant di industri e-commerce. Data internal ini memiliki informasi yang cukup relevan untuk memahami perilaku konsumen belanja online.
  3. Identifikasi sumber data dari konten inspiratif di internet. Konten-konten inspiratif membantu kami dalam mengidenfikasi sumber data karena mereka kerap mencantumkan sumber data beserta tautan ke data terkait.
  4. Menduplikasi formula data yang digunakan oleh agensi lain. Ini bermanfaat untuk efisiensi kerja dan jalan pintas mendapatkan ide konten dan panduan yang telah teruji oleh orang lain.
  5. Menjalin kerjasama dengan situs penyedia data. Ada sejumlah situs penyedia data yang membuka diri untuk bekerja sama dengan pihak lain untuk satu dan sejumlah hal. Peluang ini bisa dimanfaatkan sebagai jalan keluar bila data yang kita inginkan benar-benar sulit didapat.
  6. Menanyakan langsung pada praktisi yang lebih ahli. Banyak orang di Industri content marketing senang berbagi pengetahuan dengan sesamanya. Yang tinggal kita lakukan adalah membangun relasi dengan orang yang dipercaya ahli.

Bagaimana menghubungkan data dengan brand/klien?

Sebelum menggunakan data untuk konten, kita mesti berpikir strategis, seperti:

  • Apa manfaat data ini untuk brand? 
  • Bagaimana orang-orang menafsirkan brand kita setelah membaca konten?

Seringkali, kita sendiri tidak langsung dapat mengetahui koneksi data dan brand sendiri. Karenanya butuh sedikit brainstorm untuk memetakan posisi data dan brand kita.

Di iPrice, kami memetakan sejumlah elemen yang bisa dieksplor ketika mencari data yang sesuai untuk branding perusahaan.

Berikut elemen iPrice yang kami gunakan sebagai rujukan eksplorasi topik dan data:

  1. Online shopping behaviour
  2. E-commerce company
  3. Online shopping
  4. Digital economy
  5. Products
  6. Technology

Setiap kali kami menemukan data, kami akan menghubungkannya dengan elemen di atas untuk mengetahui seberapa kuat hubungannya dengan brand/klien.  

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun