Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

50 Tahun Pasar Seni Ancol

12 Oktober 2024   09:35 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi dari buku Apresiasi Seni thn 1985 Input sumber gambar

Refleksi Setengah Abad Pasar Seni Ancol

Jelang setengah abad Pasar Seni Ancol, beragam kejadian dan kondisi berkesenian berlalu, mengisi ruang kreatif pelaku seni sejak 1975, khususnya seniman-seniman Pasar Seni Ancol yang telah membersamai dinamika perjalanan berkesenian, menjadi saksi-baik kondisi berkualitas maupun situasi yang menawarkan pagi yang presisi. Di ambang perayaan setengah abad. Ir. Ciputra dalam kata pengantarnya di laman awal buku Apresiasi Seni bertepatan pada perayaan sepuluh tahun Pasar Seni Ancol 1985, memberikan dukungan penuh penerbitan buku Apresiasi Seni. Peran Ir. Ciputra bersama para tokoh-tokoh seniman penting saat itu padu bersikap, memberikan dorongan, bersedia mengayomi perkembangan Pasar Seni Ancol (saat itu). Mereka tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga menciptakan lingkungan yang kondusif bagi seniman untuk berkembang. Tokoh-tokoh dan seniman besar yang dulu menjadi pilar utama Pasar Seni Ancol telah lama "berpindah ke tempat lain". Kehilangan mereka meninggalkan kekosongan yang sulit "diisi", tanpa bimbingan serta dukungan mereka, perkembangan Pasar Seni Ancol kondisinya menjadi sangat berbeda.

Tempat yang dulu pernah menjadi pusat kesenian di Jakarta, dimana seniman dari pelbagai penjuru berkumpul, beraktivitas, memamerkan karya, berbagi inspirasi, dan membangun ekosistem berkesenian yang erat. Tak terbilang seniman-seniman besar dari pelbagai disiplin ilmu terlahir di Pasar Seni Ancol. Namun, perjalanan telah membawa perubahan yang signifikan wajah Pasar Seni Ancol.

Pada masa kejayaannya, Pasar Seni Ancol adalah tempat yang hidup, penuh warna dan gelora berkesenian. Pengunjung dari pelbagai kalangan, baik lokal maupun internasional, datang menikmati karya-karya seni yang dipamerkan. Tokoh-tokoh besar seperti Ciputra dan seniman-seniman ternama terdahulu memainkan peran penting membina dan mendorong perubahan berkesenian khususnya seniman-seniman Pasar Seni Ancol.

Kini, di sekitaran bukit kecil di tepi pantai, Gagak yang disepakati sebagai amsal ruhani manusia-burung-burung berbulu indah penemu daratan pun ogah-ogahan hinggap kembali di ranting pohon yang sama. Enggan berkicau indah lagi. Kucing-kucing penghuni pasar Seni pun tampak lesu, muram, entah amalan apa yang tertolak dan beban apa yang merasukinya. Bahasa tubuhnya tak bergairah, tak ada lagi keinginan meronta, bahkan sekadar mengeong mengibas-ngibaskan ekornya.

50 tahun Pasar Seni Ancol, tepatnya Pebruari 2025, semestinya menjadi refleksi, evaluasi dan momen kebangkitan. Momentum yang tepat untuk merenungkan, bergerak, berjibaku soal pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya yang telah dibangun dengan susah payah para pendahulu, para Tetua, Tua-tua, Penatua gembala seni rupa Indonesia. Dengan apresiasi dan perhatian dari banyak pihak yang peduli, tergerak demi keberlanjutan Pasar Seni Ancol dan aktivitas senimannya. Mengembalikan citra persona Pasar Seni Ancol kembali menggeliat sebagai tempat inspiratif, penuh kreativitas dan inovasi.

di jalan pulang Taman Impian

lelaki setengah muda berjalan gontai

mengunyah geram, menelan ludah

Lengannya menggenggam kuas dan pahat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun