Ketika sang malaikat kecil pergi, di saat itulah Raksasa yang tertidur panjang terbangun kembali. Menari-nari bebas di dalam sel-sel, berlari-lari tak ter-kendali melewati tiap-tiap saraf. Menguasai jiwa-jiwa yang letih.
Keseimbangan yang susah payah dipertahankan luluh lantak, sang malaikat kecil memilih meninggalkan dunia yang fana ini. Sel-sel yang tak siap beradaptasi panik tak terkendali, hanya terdiam seribu kata. Saraf-saraf otak serasa terhenti, tak tahu apa yang harus dilakukan.
Imajinasi serasa tong kosong yang tak ada bunyinya, hampa…
Raksasa terbebas dari bara api, menengadah ke langit menghirup udara kebebasan. Bersiap menguasai jiwa-jiwa yang beku. Bebas,,bebas,,bebas !!!!!
Hari esok kian tak pasti, melawan takdir pun tak mungkin. Hanya diam dan beku, kosong dan hampa.
Roda perekonomian masih berputar, mesin-mesin masih bergemuruh, sel-sel masih ber-regenerasi. Hanya tampak kosong dan hampa, tak ada harmoni di dalamnya.
Ada yang tiada, Ada tapi tiada, tiada tapi ada…
Raksasa masih menari-nari, belum jelas apa yang akan terjadi.
Yang pasti, masih ada kepercayaan, sang malaikat kecil akan kembali membawa kembali serpihan-serpihan harmoni…
“Walah le, le, daritadi kok bicaramu nggak jelas” potong Mat Midi.
“Ah kamu ini, lagi enak-enak baca monolog kok malah di ganggu. Kamu tahu nggak, salah satu komunikasi ku dengan Sang Maha Segalanya itu ya dengan buat sekaligus baca monolog dalam sekali waktu.”