Mohon tunggu...
Ipmawan
Ipmawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tak perlu kita berjibaku mempertahankan fakta yang kita lontarkan, itulah kelebihan FIKSI

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Say Love

20 April 2010   05:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_122610" align="alignleft" width="189" caption="http://sangbintang.wordpress.com"][/caption] Gadis, tahukah kau kenapa ku ajak ketempat ini? ini adalah tempat rahasiaku, tempat dimana aku biasa merenungi hidupku. Saat-saat dimana aku bersyukur dan sangat bahagia bisa hidup sebagai diriku, atau saat dimana aku mengutuki tuhan lewat bintang-bintang di angkasa itu. Gadis, beberapa bulan terakhir aku selalu kesini di malam-malam sepi. Aku mengutuki tuhan. Sungguh, aku tak pernah memintarasa ini. Tapi, sunggh sampai saat ini pun aku tak sanggup membuang rasa ini. Setelah berbulan-bulan itu kulewati, aku sadar, sebenarnya tak salah aku memiliki rasa ini, sama seperti aku tak bisa memilih dimana aku dilahirkan. Karena ini semua memang bukan pilihan. Ini hanyalah tentang karunia. Bukan begitu, Gadis? Tetapi, walaupun aku tak lagi mengutuki tuhan, tetap saja aku merasa gelisah. Aku selalu tersiksa dengan sebuah karunia? Mungkin iya, kataku. Tetapi kenapa aku harus tersiksa dengan sebuah karunia? bukankah karunia harus disyukuri dengan kebahagiaan yang berlimpah-limpah? Apa mungkin karena aku tak mengungkapkan karunia itu? karena aku menyimpan rapat-rapat tentang ini semua? Mungkin iya, kembali kujawab. Berarti aku harus mengungkapnya, setujukah kau Gadis? Gadis, Bagaimanapun juga kau tak bisa menyalahkan lelaki yang mencintaimu. Karena terkadang lelaki tak meminta untuk itu. Salah jika lelakimemaksakan cinta kepadamu. Lalu, aku berharap kau pun tak menyalahkanku jika kau tak berkenan. terimalah ini seperti aku juga menggap ini sebagai karunia. Gadis, sudah beberapa bulan ini, Tolong jangan kau potong dulu.  Aku melewati malam yang menyakitkan untuk sampai pada kesempatan hari ini. Aku telah melewati jalan pikiran dan logikaku yang terdalam untuk sampai ku berbagi karunia ini denganmu. gadis, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. dan aku berharap kau mau mendampingiku, sebagaimana aku bahagia mendampingimu kelak, kalau berkenan tentunya. Aku berharap kepadamu, tapi aku hanya berbagi karunia, keputusan ada padamu, gadisku sayang. Sekarang, beritahu aku apa karunia yang tuhan berikan padamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun