Ini adalah tulisan pertama saya di kompasiana.com. sebelumnya, saya mengenal kompasiana dari bukunya Pak Prayitno Ramelan “Intelijen Bertawaf”. Setelah membaca buku tersebut saya mengetahui bahwa ada sebuah blog (jika boleh dikatakan sebuah blog) keroyokan yang dibuat oleh kompas, dan saya selanjutnya sering membaca blog keroyokan ini, lalu kenapa cuma membaca? Saya beranikan untuk ikut berpartisipasi menuliskan yang ada dalam benak saya.
Saya sangat bersyukur terhadap Tuhan atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya sampai saat ini. Walaupun katanya tuhan telah dibunuh oleh Nietzsche. Ngomong-ngomong tentang Nietzche, ia adalah filsuf yang memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zaman-nya yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan. Dimana keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan.
Kematian tuhan tidak boleh ditanggapi secara harfiah seperti tuhan secara fisik sudah mati. Sebaliknya, inilah cara Nietzsche untuk mengatakan bahwa gagasan tentang Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan sebagai sumber dari semua aturan moral. Kematian Tuhan adalah sebuah cara untuk mengatakan bahwa manusia tidak lagi mampu mempercayai tatanan kosmis apapun yang seperti itu karena mereka sendiri tidak lagi mengakuinya. Kematian Tuhan, kata Nietzsche, akan membawa bukan hanya kepada penolakan terhadap keyakinan kosmis atau tatanan fisik tetapi juga kepada penolakan terhadap nilai-nilai mutlak itu sendiri.
Baik disadari atau tidak, kebanyakan orang takut atau menolak meyakini bahwa kematian membuat mereka ketakutan dan kecemasan yang paling dalam. Karena itu, ketika kematian diakui secara luas orang akan berputus asa dan kehampaan merajalela. Oleh karena itu, keberadaan tuhan menjadi amat penting. Janji kehidupan setelah kematian akan menciptakan sebuah motivasi sekaligus mendorong keteraturan hidup dalam norma-norma agama.
Akan tetapi, Nietzche percaya bahwa bisa ada kemungkinan-kemungkinan positif bagi manusia tanpa tuhan. Melepaskan kepercayaan kepada Tuhan akan membuka jalan bagi kemampuan-kemampuan kreatif manusia untuk berkembang sepenuhnya. Tuhan, dengan perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya yang sewenang-wenang, tidak akan lagi menghalanginya, sehingga manusia boleh berhenti mengalihkan mata mereka kepada ranah adikodrati dan mulai mengakui nilai dari dunia ini. Pengakuan bahwa "Tuhan sudah mati" adalah bagaikan sebuah kanvas kosong. Ini adalah kebebasan untuk menjadi sesuatu yang baru, yang lain, kreatif — suatu kebebasan untuk menjadi sesuatu tanpa dipaksa untuk menerima beban masa lampau.
Frederich Nietzsche mendesain suatu pemikiran dengan mengisyaratkan keharusan untuk curiga terhadap nilai-nilai yang ada. Tugasnya antara lain adalah mengkritisi kecenderungan manusia terjebak ke dalam dogma, keyakinan dan ideologi indoktriner tertentu. Kritik Nietzsche tidaklah ditujukan pada ide tentang Allah tetapi yang utama adalah pada kondisi kesadaran manusia sebagai representasi kultural. Sebagai "pengajar kecurigaan" Nietzsche menganggap kepercayaan akan Allah adalah ilusi. Ilusi ini lalu dibongkar. Manusia dikembalikan kepada habitatnya, dan keotentikannya, dan keagungannya.
Seperti itu kira-kira “God is dead”-nya Nietzche. Lalu, yang menjadi pertanyaan, jika dengan membunuh tuhan manusia dapat berkembang secara kreatif dengan sepenuhnya, apakah kita juga harus meninggalkan agama?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H