Mohon tunggu...
Ipmawan
Ipmawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tak perlu kita berjibaku mempertahankan fakta yang kita lontarkan, itulah kelebihan FIKSI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Be a Normal

16 April 2010   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Normal adalah tidak berbeda dengan yang lain. Tidak aneh. Manusia berjalan menggunakan sepasang kaki, seekor kuda berlari dengan empat kakinya, itu normal.

Kalau begitu, siapa yang menetapkan manusia berjalan dengan sepasang kaki dan kuda berlari dengan empat kakinya?

Normal bukan ditetapkan, terjadi secara alamiah. Adaptif. Terjadi begitu saja.

Lalu bagaimana dengan orang yang dilahirkan buta? Apakah orang-orang akan menganggapnya normal?

Oh, tidak, tidak. Normal adalah proses generalisasi. Dari sebuah populasi lalu dengan metode-metode yang objektif dan akurat diambil beberapa sample yang mewakili populasi. Hasil amatan sample itulah normal. Jadi, dapat dikatakan bahwa normal adalah suatu hasil dari analisis statistika terhadap alam yang terjadi secara alamiah.

Bagaimana jika populasi itu adalah sebuah sekolah khusus tunanetra? Seluruh populasi adalah orang-orang buta. Apapun metode sampling yang digunakan, tentunya akan menghasilkan satu sample, orang buta. Lalu, disimpulkan buta adalah normal?

Bukan begitu, populasi yang digunakan haruslah semesta alam. Bukan sekumpulan kecil dari sebuah populasi yang besar. Untuk dapat menghasilkan normal, populasinya haruslah yang terbesar. Haruslah alam itu sendiri, karena normal itu alamiah.

Kalau begitu, kenapa normal ditetapkan demikian? Haruskah normal itu sebuah proses statistika dengan populasi terbesar, alamiah? Jadi, normal itu ditetapkan? Normal itu sebuah konvensi? Konvensi kalau orang buta adalah tidak normal, karena ada manusia yang tidak buta?

Ya. Menjadi normal ternyata hanyalah menjadi seperti apa yang telah di konvensikan. Buta adalah tidak normal, karena sample-sample yang mewakili populasi semesta adalah bukan orang-orang buta. Suatu saat, jika orang yang dapat melihat tinggal seorang saja, orang buta adalah normal.

Jadi, janganlah bersedih kawanku jika kau tidak bisa melihat. Jangan risau jika kau dianggap tidak normal. Tidak normal berarti diluar kebiasaan. Di luar kebiasaan berarti luar biasa. Luar biasa itu hebat. Bergembiralah kawan, ternyata kau orang yang hebat. Kau masih bisa menatap hidup walaupun tidak bisa melihat, kau sungguh hebat, amazing, sobat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun