Strategi baru pemerintah dalam menangani korupsi merupakan langkah positif yang layak mendapatkan perhatian, terutama jika pendekatan tersebut menawarkan inovasi dan solusi konkret untuk mengatasi tantangan lama dalam pemberantasan korupsi. Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada pelaksanaan dan konsistensi kebijakan di lapangan.
Langkah seperti penerapan teknologi digital untuk transparansi anggaran, pengawasan berbasis masyarakat, atau memperkuat koordinasi antar-lembaga seperti KPK, Kejaksaan, dan Polri menunjukkan potensi besar untuk memutus mata rantai korupsi. Misalnya, digitalisasi keuangan publik dapat meminimalkan peluang penyelewengan dana dengan mencatat setiap transaksi secara real-time dan mudah diaudit.
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan. Dalam pidatonya di acara puncak peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) tahun 2024, mengungkapkan strategi utama dalam pemberantasan korupsi yang terbukti efektif di Indonesia. Strategi yang terbukti efektif dilakukan pemerintah tersebut adalah melalui digitalisasi dan reformasi birokrasi.
Beberapa negara telah membuktikan keberhasilan pendekatan ini. Estonia, misalnya, menerapkan sistem e-Government yang memungkinkan seluruh transaksi pemerintahan dilakukan secara online, mulai dari pengadaan barang hingga pencatatan pajak. Langkah ini tidak hanya mempercepat pelayanan publik, tetapi juga mengurangi peluang terjadinya praktik korupsi. Hasilnya, Estonia menjadi salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia.
Contoh lain adalah Rwanda, yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan transparansi dalam pengelolaan anggaran publik dan melibatkan masyarakat dalam pengawasan. Pemerintah Rwanda secara aktif menggunakan platform digital untuk melaporkan pengeluaran negara, sehingga masyarakat dapat ikut memantau penggunaannya.
Upaya pemberantasan korupsi di Finlandia yang terbukti berhasil dengan menggunakan big data analytic. Penggunaan big data tersebut dapat dideteksi pola korupsi yang sering digunakan sehingga bisa dilakukan evaluasi kebijakan atau policy review untuk menutup celah-celah terjadinya korupsi.
Namun demikian, strategi ini harus diimbangi dengan penguatan penegakan hukum. Hukuman yang berat dan efek jera terhadap pelaku korupsi adalah elemen penting yang tak boleh diabaikan. Selain itu, reformasi birokrasi yang menyeluruh juga harus menjadi bagian integral dari strategi ini. Tanpa perbaikan sistem, strategi yang baru sekalipun hanya akan menjadi wacana tanpa hasil nyata.
Masyarakat juga memegang peran penting. Pendidikan antikorupsi sejak dini serta pelibatan aktif masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintahan adalah langkah yang dapat mendukung keberhasilan strategi pemerintah. Sinergi antara pemerintah, penegak hukum, dan masyarakat luas akan menjadi kunci keberhasilan.
Meski masih ada tantangan besar, seperti resistensi dari oknum-oknum yang diuntungkan oleh status quo, strategi baru ini patut didukung. Yang penting, pemerintah harus mampu menunjukkan komitmen yang nyata dan transparan agar masyarakat percaya dan ikut mendukung upaya pemberantasan korupsi. Dengan begitu, bukan hanya korupsi yang bisa ditekan, tetapi juga kepercayaan publik terhadap pemerintah yang akan meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H