Mohon tunggu...
Ipi Fernandez
Ipi Fernandez Mohon Tunggu... PNS -

syukur adalah cara tepat ketika kita tdk mampu lagi berbuat apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

'Bapa, Gendong Saya'

2 November 2012   05:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, jam ini, sepuluh tahun yang lalu, putri semata wayangku,yang kami angkat  16 tahun yang lalu tiba-tiba saja memanggilku dari dalam ruang ICU, dengan alunan suara khasnya, ' bapa, gendong saya'. suatu permintaan yang tidak pernah saya bayangkan bahwa itu permintaan terakhirnya, andai saya tahu pasti tidak akan pernah saya gendong, karena saya tidak pernah ingin gendongan terakhir.

Keinginanku adalah melihatnya ceriah, bawel sama ibunya, pagi-pagi sudah bangun  buatkan kopi hangat buat bapanya. walau dia tidak lahir dari darah dan daging kami berdua , berpisah dengannya apalagi untuk selamanya tentu duka lara tidak akan pernah selesai.

Setelah dia saya rangkul, rebah diatas pangkuanku, ta pernah sadar lagi,walau teriakanku memecahkan kesunyian, walau elusanku diwajahnya, walau kecupan ibunya menyayat menikam kalbu, dia diam, dia bisu tidak sadarkan diri, rautnya entah senyum, entah tangisan, entah gelisah telah berpadu menjadi satu, menyempurnakan gelisahku sampai pada tanggal lima Nopember sepuluh tahun yang lalu, putri semata wayangku mengisyaratkan.................

Untukmu putriku : Elan, hari ini, esok, lusa entah kapan air mata ini berhenti untukmu

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun