Mohon tunggu...
Ipet Fitri
Ipet Fitri Mohon Tunggu... lainnya -

- Pensiunan BUMN - S1 - Berkeluarga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saatnya Kompasiana Peduli dan Berbagi

9 Desember 2014   08:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:43 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Yang bergabung dikompasiana ini telah berjumlah lebih dari sepuluh ribu orang dan jumlah itu terus bertambah karena memang tidak ada pembatasannya, siapa saja dengan cara mudah bisa bergabung menjadi kompasioner, Latar belakang kompasioner juga beragam, namun dalam sharing dan connection yang menjadi semboyan kompasiana, rasa kebersamaan lebih dikedepankan, sehingga hubungan pertemanan dikompasiana ini lebih alami.

Di media Kompasiana ini bermunculan bermacam ragam tulisan, dan bila dibandingkan dengan media lainnya, maka media kompasiana ini lebih kaya informasi, dan yang lebih mengasyikan lagi adalah pembaca bisa menuliskan komentarnya dan sering mendapat tanggapan balik dari sipenulis atas komentar yang diberikan.

Semboyan sharing dan connection melalui tulisan dimedia ini telah terpenuhi dengan baik, namun kadang kala ada harapan-harapan yang dikemukakan yang belum terpenuhi yang bila direnungkan lebih jauh ada gunanya jika bisa diwujudkan menjadi nyata sebagai bentuk peduli dan berbagi dari Kompasiana.

Salah satu contoh dengan tulisan berjudul “ Memotret Pelayanan terhadap Calon Penumpang di Soekarno-Hatta International Airport “ bapak Tjiptadinata Effendi sang penulis bertutur diantaranya bahwa begitu masuk pintu gerbang menuju loket Sriwijaya, tiba-tiba pandangan mata saya terpaku pada sekelompok orang yang duduk di lantai. Karena Loket Sriwijaya memang pas berada di sana, saya menyapa salah seorang di antaranya, ”Pagi Pak, koq duduk di lantai, Pak?”

Si Bapak yang kelihatannya berusia seumur saya menjawab, ” Yaa… nggak kuat berdiri satu jam. Habis loketnya belum buka. Kami satu rombongan mau menuju Balikpapan. “Heran ya Pak, tidak ada satu pun kursi di sini. Padahal kota besar . Yang kasian tuh, ibu-ibu yang sudah sepuh, duduk di lantai semen gini. Nggak ada karpet lagi. Betul nggak, Pak?” kata si Bapak panjang lebar. Mungkin merasa dapat teman untuk curhat dan melepaskan uneg-uneg di hatinya.

Secara refleks saya menoleh. Ternyata seorang wanita muda yang lagi menenteng tas tangan. ”Setidaknya ada bangku atau kursi yang disediakan khusus untuk orang tua ya Om. Kalau kita katakan Bandara di Malaysia jauh lebih baik dan manusiawi, ntar kita dibilang tidak berjiwa nasional. Benar nggak, Om?” kata si Wanita ikut jengkel menyaksikan pemandangan tidak sedap ini

Tanggapan atas tulisan itu diantaranya berbunyi : waktu pertama kali sidak di bandara, menteri yg baru itu, justru ngurusin lampu2 yg mati di bandara … gak kepikiran soal ketiadaan bangku, hehehee … maklum, gak pernah naik dari 1-B kayaknya tuh Pak Menterinya, Opa … hehehee

Benar pak Gapey,,saya mau nantang menterinya,kalau nggak bisa urus. kasih ijin saya, dalam sehari ,pasti akan ada 10 kursi di terminal B 1,anggap sumbangan dari saya sebagai warga Jakarta. ..terima kasih dan salam hangat, begitu sang penulis menanggapi komentar itu

Tentu akan banyak kompasioner lain akan turut berpartisipasi dengan kemampuannya untuk bergabung bersama sang penulis memberikan bantuan berupa kursi itu, namun karena terkendala cara dan izin, maka keinginan itu tidak bisa diwujudkan.

Dalam tulisan lain berjudul “ Pot Bunga Desain Peti Mati Khas Tiongkok Bertebaran di Kemayoran “ penulis yang sama menuliskan sebagai berikut : Hmm menurut saya , ini di disain pak Ahok, mungkin mengenang nenek moyangnya di negeri Tiongkok sana”, kata pria yang berkaca mata dengan wajah serius. Tapi pendapat ini langsung dibantah oleh temannya:” Ah,yang benar saja.Bagi orang Tionghoa, melihat peti mati saja sudah sial apalagi menempatkan sebagai hiasan. Lu jangan lupa, engkongco gua  kan asal dari negeri Tiongkok. Menurut gua justru ini di disain untuk meledekkin pak  Ahok

Saya berpikir sesaat dan menjawab:”Maaf. menurut saya, yang mendisain hanya ingin tampil beda dari yang lain,tidak ada urusan dengan Pak Ahok”.

” Hmm ya mungkin juga ya Om,tapi yang benar saja, masa  Pot didisain Peti mati,selera makan kita jadi surut ya Om karena menyeramkan.. isinya bukannya bunga tapi sampah dan puntung rokok” Kata “teman” baru saya

Banyak lagi tulisan lain sejenis yang sudah ada dan yang akan muncul nantinya, namun segala keluhan, kritikan dan bermacam unek-unek berguna itu masih belum membawa perubahan karena terkendala pada cara dan ijin untuk pelaksanaan ataupun penyampaian kepada pihak berwenang, dan untuk media sekelas kompasiana, kendala itu bukanlah penghalang pelaksanaannya, karena para kompasioner banyak yang berlatar belakang dari birokrat, kepala daerah, para jendral/laksamana/marsekal purnawira, menteri aktif dan mantan menteri, petinggi negara, yang banyak berkemampuan untuk membantu. Wacana ini bisa saja dikomunikasikan kepada yang hadir pada acara kompasiana untuk mendapat dukungan, bilamana ini bisa terwujudkan, maka keberadaan Kompasiana dengan perannya sebagai kontrol sosial akan dirasakanpublik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun