Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

TV Image & Sanksi KPI kepada Trans TV!

28 Juli 2015   16:33 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:50 2547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak era televisi swasta dibuka pada tahun 1989 hingga saat ini, telah lebih dari puluhan stasiun televisi bersiaran nasional dan ratusan bersiaran lokal. Dengan mengambil contoh di Jakarta, ada 11 stasiun televisi nasional, termasuk TVRI milik pemerintah yang mulai siaran lebih dari 50 tahun yang lalu ,tepat 1962 (Asian Games 2), lalu RCTI,SCTV,TPI/MNC TV, ANTV,Indosiar,Metro TV, Global TV, Trans TV, Trans 7, TV One,Kompas TV, Net TV, Rajawali TV.

Awalnya setiap stasiun televisi dengan pedenya mengatakan mereka siap menjadi televisi supermarket,artinya semua program ada, dan semua time slot akan terisi dengan program keren dan layak buat disponsori karena programnya layak tonton.  Namun seiring waktu dan seleksi alam, terjadi pergeseran trend dari program-program Hollywood ke Bollywood/Hongkong dan ujung-ujungnya program lokal yang disukai.

Kecuali televisi berita macam Metro TV dan TV One, seluruh stasiun televisi lain mencoba mencari “tuning” yang pas dan proses evolusi itu harus mereka kerahkan agar biaya pembelian program “matching” dengan income yang mereka dapatkan serta “image” apa yang mereka inginkan. Yang teramat jelas perubahan positioning dari ANTV dari televisi Olahraga,Pemuda dan Musik sekarang menjadi televisi dengan embel-embel Bollywood. Program yang dimulai dari Mahabharata, Jodhi Akbar, Abad Kejayaan dan Cinta di Langit Taj Mahal membuktikan ANTV mampu melewati transisi kesulitan mereka diawal mereka siaran. TPI/MNC TV juga secara bertahap meninggalkan image televisi pembantu menjadi televisi dengan segmentasi ke anak-anak. Namun ada sejumlah televisi yang saat ini sedang mencoba jati diri untuk mendapatkan image sebagai televisi tertentu.  Katakan Trans TV yang sekarang dari data rating terbaru sangat terpuruk dibandingkan dua tahun lalu, seperti kebingungan mau jadi televisi apa. Semenjak program YKS (Yuk Kita Smile) dihentikan belum ada program “stunning” lain yang mampu menggantikan.

Rating paling tinggi Trans TV pada minggu ke 27 (04-11 July 2015), ternyata  drama serial Dibawah Lindungan Abah (judul ini kayak pelesetan Dibawah Lindungan Ka’bah), yang ditayangkan sekitar pukul 21:00-22:00 dan tayang setiap hari dan program terbaik Trans TV ini mempunyai rating dan share rata-rata 1.4/6.3 percent.  Dibandingkan program terbaik saudaranya sendiri Trans 7 , On The Spot, ternyata Trans TV kalah karena program ini punya rating rata-rata 2.1 /9.7 percent pada pukul 20:00-21:00.  Urutan berikutnya dari rating terbaik dari Trans TV ternyata Movie Horor dan Adventure,  yaitu: (2)Pamali : Kerok Alis (3) Agent Cody Banks(4) Pamali : Jangan Tiup Suling. Khusus peringkat ke 2 dan 4 yang merupakan Movie Horor ditayangkan siang hari  antara pukul 11:30-14:00. Dan ratingnya bagi Trans TV lumayan bagus antara 1.2 dan sharenya 8-9 percent. 

Karena “prestasi ratingnya” ini yang membuat Trans TV getol menayangkan Movie Horor ini pada siang hari, akibatnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menganggap Trans TV melakukan pelanggaran menayangkan konten mistik dan horor pada jam tayang yang tidak seharusnya. Trans TV melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) pada episode Jangan Bercermin di Jum’at Kliwon yang ditayangkan pada 04 July 2015. Program mistik dan horor ini seharusnya untuk dewasa dan ditayangkan pada pukul 22:00 hingga 03:00. Program ini melanggar perlindungan anak-anak dan remaja. Ketentuan ini ternyata ada dalam pasal 32,SPS KPI,tahun 2012. Keputusan penghentian sementara ini dilakukan karena dua Movie Horor lainnya juga telah ditegur secara tertulis tapi tidak dipedulikan oleh Trans TV.

Ada apa dengan Trans TV memaksakan kehendaknya agar “dapat rating” menayangkan program horor ini pada siang hari? Mengapa Trans TV tidak mempedulikan aturan KPI dan tetap menayangkan program yang justru bukan untuk anak-anak? Apakah Trans TV tidak mampu membuat program kreatif lainnya seperti Extravaganza, Supertrap dan lainnya? Apakah benar Trans TV banyak ditinggal tenaga handal dan kreatifnya menyisakan mereka yang tak tahu harus berbuat apa? Mudah-mudahan sih tidak , tapi Trans TV harus segera berbenah, karena Net TV, Kompas TV dan Rajawali TV sudah siap meloncat dan menaikkan peringkat mereka. Apakah mau Trans TV imagenya bukan karena programnya yang sukses tapi justru karena bandelnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun