Iklan Rokok bagi televisi saat ini ibarat benci tapi rindu seperti yang terlihat dalam pembahasan Rancangan Undang Undang (RUU) Penyiaran yang maju mundur dalam memutuskan apakah pasal tentang rokok sebaiknya dicabut saja atau tetap dicantumkan dengan catatan frekuensi tayangannya dikurangi. Hal ini seperti menggambarkan kondisi stasiun televisi saat ini yang akan terpukul bila iklan rokok dilarang sama sekali, karena faktanya dengan makin berkurangnya minat pemirsa menonton televisi lewat jalur terresterial, maka pengiklan mulai mengurangi porsi anggarannya untuk menempatkan promosinya lewat stasiun televisi. Dan itu wajar saja terjadi karena televisi itu memang didisain untuk menjaring penonton sebanyak mungkin lewat program-programnya yang diback up oleh banyaknya iklan.
Permasalahan utama saat ini adalah penonton yang menjadi target utama pengiklan yang menjadi urat nadi utama operasional televisi selain berkurang juga mempunyai perangkat lain untuk menikmati berita dan hiburan yang tidak melulu dipancarkan lewat stasiun transmisi televisi, namun lewat OTT (Over The Top) atau internet.
OTTÂ adalah informasi yang dirupakan dalam bentuk aplikasi dan layanan aplikasi dalam bentuk video, audio, streaming, messaging,dan jejaring sosial. Aplikasi dan layanan seperti Kakao Talk, Line, WhatsApp, Youtube Mobile, Facebook mobile, Twitter, Google, Yahoo dan lainnya adalah contoh dari OTT. Â Aplikasi OTT umumnya terjadi lewat platform mobile seperti handphone, smartphone dan PDA (Personal Digital Assistant).
Artinya perhatian penonton yang disasar pengiklan sudah tersebar saat ini tidak hanya jaringan televisi tradisional dan televisi kabel namun lewat internet yang semakin tahun semakin bertambah banyak dan mengancam keberadaan stasiun televisi itu sendiri.
Seperti berita yang dirilis oleh telecomtech news.com beberapa waktu yang lalu, dalam lima tahun kedepan bisnis OTTÂ di Amerika Serikat akan sangat cerah karena diprediksi perolehan iklannya akan melebihi pendapatan yang diraih stasiun televisi tradisional. Menurut berita ini disebutkan pada tahun 2022, banyak orang akan melihat program televisi lewat OTT berdasarkan riset dari Level 3 Communications. Lebih dari dua pertiga dari 500 professional televisi sudah meramalkan hal yang sama lewat riset ini pula. Hal lainnya setengah dari mereka percaya pendapatan iklan lewat OTT pada tahun 2017 mengalami kenaikan 30 hingga 50 persen. Lewat OTT penonton punya lebih banyak pilihan tayangan lewat VOD (Video On Demand), Live Streaming, dan lainnya.
Saat ini di AS lebih 53 persen rumah sudah tersambung dengan Wi-Fi dan sekurang-kurangnya berlangganan satu penyedia OTT. Berdasarkan laporan ini Netflix , YouTube dan Amazon Video menjadi para pemain utama dalam melakukan penetrasi ini.
Dan kalau sudah begini terjadi di AS, tidak lama lagi juga fenomena ini akan happening juga di negeri ini, dan saatnya para kreator program hiburan dan berita musti berbenah karena sumber hiburan tidak hanya lewat stasiun televisi saja tapi ribuan bahkan mungkin jutaan kanal lainnya lewat OTT. Lantas kemana stasiun televisi tradisional? Sebenarnya mereka masih punya modal untuk membuat program-program masif seperti olah raga dan siaran langsung program-program lain yang juga besar dan tidak bisa ditiru oleh pesaingnya yang kebanyakan bermodal kecil dan tak punya sumber daya manusia selengkap stasiun televisi. Dan program televisi di masa depan tidak hanya mengandalkan kreativitas dan kerja keras tapi juga kejelian untuk mengarahkan pasar atau membuat trend sehingga pengiklan mau masuk ke televisi lagi ditambah juga masuk ke bisnis OTT, alias jadi provider konten lewat OTTÂ seperti yang sudah dirintis beberapa stasiun televisi.
Kesimpulannya sepertinya memang semakin mahal mendapatkan perhatian dari penonton di masa depan, apalagi perhitungan rating televisi lewat sample banyak dipertanyakan ukuran dan objektivitasnya, namun lewat internet jumlah penonton akan lebih transparan dan demokratis. Â Dan kalau itu terjadi, tidak perlu lagi ada polemik iklan rokok di televisi, karena makin pintar penonton, mereka makin tahu program apa yang mereka mau tonton alias menonton program yang tidak ada iklan yang mengganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H