Dianggap sebagai penerus penyanyi muslim terkenal Maher Zain, Raef Haggag, mewakili stereotype penyanyi muslim Amerika Serikat yang santun dan cinta damai. Raef yang berbapak dan beribu kandung asal Mesir, karena keduanya sekolah dan menetap (imigran) di AS pada tahun 70an, seperti membawa angin segar bagaimana muslim hidup dan berkiprah di negeri yang heterogen baik dari ras dan budayanya itu. Raef yang lahir pada 08 Agustus 1982 mewakili generasi muda AS yang membawa misi Islam yang damai dan toleran. Berlatar belakang ilmu komputer dan pengajar SMA umum ini, Raef seakan menemukan dirinya sebagai penyampai pesan moral dan kebaikan bagaimana seorang muslim itu harus hidup dan berkiprah.
Lagu Raef yang sudah dirilis 2 tahun lalu, You Are The One, terdengar lembut dan damai karena berisi lirik tentang pencarian pasangan hidup yang mempunyai kesamaan dalam  pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, begitu juga sejumlah lagu yang merupakan cover version dari lagu Michael Jackson (Man in the Mirror), Jason Mraz(I'm Yours), Jessie  J (Price Tag) dan lain-lain.Â
Pendekatan kepada lagu yang berorientasi positif menggambarkan sisi "pemberontakan" Raef pada tema dan pendekatan musik pop AS saat ini yang terlalu komersial dan berorientasi hedonis/seks. Ya bagi Raef musik itu harusnya mampu mengangkat derajat hidup pendengarnya minimal secara mental mengubah cara hidup dari negatif atau gaje (nggak jelas) ke arah yang lebih terarah atau positif. Raef bukan hanya penyanyi yang mampu menyanyikan lagu cover version secara lebih baik tapi juga pengarang lagu handal , contoh lagu Home yang menceritakan kiprah ras yang beraneka hidup  di AS dalam membangun negeri itu yang berasal baik dari ras kulit hitam, hispanik, China, Jepang, Filipina dan Arab sendiri.Â
Dengan latar belakang pemahaman agama yang memadai, Raef yang juga penggemar olahraga kayak, memancing dan berkemah ini ,dianggap mampu menjadi pembawa acara program ramadan, The Journey of A Backpacker yang tayang di televisi swasta di Indonesia sejak tahun lalu.  Pembawaannya yang ramah dan wajahnya yang penuh senyum membuat proses produksi program ini lancar dan berkualitas baik. Pendekatan musim penayangan  ke dua ini lebih menekankan ke sejarah Masjid di Indonesia yang kalau dikombinasikan jumlah keseluruhannya mencapai ratusan ribu, namun hanya 30 yang terpilih karena kekhasannya.
Mengikuti  perjalanan Raef ke Masjid Luar Batang, Masjid Si Pitung, Masjid Jame Angke dan Masjid Istiqlal ada aura perjalanan menyusuri tempat-tempat yang punya nilai peradaban bangsa ini dan masih terasa kehadirannya relevan dengan persoalan kekinian bangsa ini, apalagi kalau bukan masalah toleransi, keadilan sosial dan pentingnya hidup beradab dan berbudi pekerti sebagai warisan dan kearifan masa lalu yang harus terus dilestarikan.Â
Menyaksikan dua episode awal program ini di Trans 7 yang ditayangkan setelah subuh, ada gairah baru bagaimana sejarah masjid dan masyarakatnya tergambarkan lewat cerita para ahli waris, bangunan yang tersisa, dan tradisi yang masih ada. Namun tidak bisa dibantah program pencerahan seperti ini harus cukup diback-up oleh sponsor terutama dalam perjalanan non stop shootingnya keliling Indonesia, belum lagi jam tayang dan slotnya yang sudah sangat sulit untuk didapatkan di jam tayang utama di bulan Ramadan yaitu saat sebelum berbuka dan waktu sahur dimana penonton banyak berkumpul, karena mahal harganya.
Ya mudah-mudahan konten dan presentasi program ini tetap murni dan terkesan memuliakan Ramadan dan perkembangan masjid/Islam di Indonesia dan tak terkontaminasi pesan sponsor yang kadang malah berbeda prinsipnya dengan tujuan program ini dibuat. Semoga sukses.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H