Persaingan menjadi yang terdepan dalam perolehan rating dan share adalah menguasai prime time yaitu waktu antara pukul 18:00-22:00. Slot waktu utama atau emas dalam menjaring perhatian banyak penonton-karena berdasarkan survei, penonton terbanyak adalah di kurun waktu ini.
Tak pelak stasiun televisi dengan modal besar dan punya sejarah panjang ingin menjadi yang terbaik di jam tayang ini dan juga jadi terdepan untuk mengikat penonton dan juga sponsor. No audience, no sponsor. Tanpa sponsor tidak ada bensin buat membiayai produksi dan penayangan program karena every second counts, setiap detik itu ada nilai (rupiahnya).
Pada minggu ke 47 yaitu 22-28 November terdapat 20 judul sinetron yang ditayangkan dan 19 diantaranya ditayangkan hampir setiap hari (Stripping).16 Sinetron baru dan 4 Rerun (tayang ulang). Â Ada 8 sinetron ditayangkan di malam hari (prime time-18:00-22:00), lalu sisanya di sore, pagi dan diatas jam 22:00.
Empat sinetron yang ditayangkan di prime time menduduki urutan 1 hingga 4 yaitu 3 dari RCTI (Anak Jalanan, Tukang Bubur Naik Haji, Perempuan di Pinggir Jalan) dan satu milik SCTV (Pangeran). Sementara tayangan Sinetron Prime Time milik SCTV yaitu GGS (Ganteng-Ganteng Serigala) Returns malah ada dibawah sinetron TOP (Tukang Ojek Pengkolan) milik RCTI yang ditayangkan di sore hari, bahkan oleh 7 Manusia Harimau (RCTI) yang ditayangkan diatas pukul 22:00. Artinya pencapaian GGS dibawah harapan tidak seperti sekuel sebelumnya.
GGS yang ditayangkan pada pukul 21:00-22:00, harus head to head dengan sinetron Perempuan di Pinggir Jalan Milik RCTI. GGS hanya mendapatkan rating/share 2.0/9.6 sementara saingannya mendapatkan 3.8/18.2...hampir dua kali lipat bedanya.
Lantas faktor apa yang membuat GGS terjerembab, coba lihat lead in (program sebelum GGS) dengan pesaingnya yang lain. RCTI punya Tukang Bubur Naik Haji dengan rating/share rata-rata 4.8/19.0 sementara SCTV mengandalkan Pangeran dengan 3.5/13.3. Ini bisa diartikan bukan karena GGS tidak bermutu tapi program sebelumnya dari televisi pesaingnya yang lebih bagus membuat penonton tidak mau berganti channel ke televisi lainnya dalam hal ini SCTV.
Lantas kalau memang GGS itu bagus, seharusnya mampu mengangkat lead out (program sesudahnya), dan kita lihat sekarang. Program sesudah GGS adalah ISTI (Ikatan Suami Takut Istri) mendapatkan rating/share (1.5/11.1) namun pesaingnya yaitu 7 Manusia Harimau (RCTI) mampu meraih 2.0/14.9. Artinya daya angkat GGS tidak sekuat pesaingnya.
Dan terbukti di minggu ke 47 ini tayangan sinetron RCTI dari pukul 18:00-22:00 mengungguli SCTV. Ini berakibat pada pencapaian rating/share RCTI melonjak dari 16.9 (minggu ke 46) ke 17.2, sementara SCTV melorot dari 15.2 ke 13.8 , atau turun hampir 10 persen.Yang kejutan adalah IVM (Indosiar Visual Mandiri) merebut posisi kedua dari SCTV dengan raihan pada minggu ke 47 yaitu 14.0 dari minggu sebelumnya 12.9. Rupanya program Dangdut Asia yang ditayangkan dari Senin hingga Sabtu, punya rating/share stabil yaitu 3.8/18.4 dengan durasi lebih dari 4 jam nonstop.
Dari data laporan rating minggu ini yang mengalami penurunan channel share selain SCTV adalah ANTV,MNC TV dan NET TV, tapi yang terbanyak turunnya adalah SCTV.
Dari data-data diatas ternyata tidak cukup hanya program bagus berkualitas dan terkenal bintangnya menjadi faktor utama, namun juga perlu strategi yang tepat terutama untuk lead-in dan lead-outnya. Juga menyadari siapa pesaing utama pada slot itu sehingga bisa disiasati dengan mencari ceruk penonton alternatif, seperti yang dilakukan IVM dengan menggelar Dangdut bukan sinetron.
Persaingan televisi memang berat karena selera penonton yang mudah berubah dan juga banyaknya alternatif tontonan sehingga penonton adalah raja dan magnet bagi sponsor untuk menawarkan produk utamanya. Produk yang tidak disukai penonton, sudah pasti miskin sponsor, dan televisi tidak bisa lain selain menggeber secara stripping produk yang sedang happening hingga saatnya penonton mulai jenuh dan bosan. Tanpa itu...trendnya bisa direbut televisi pesaingnya. Persaingan televisi memang sangat keras, dan strategi saling bunuh dengan memutar lebih awal program bagus sebelum program saingan terbaik itu sudah biasa...dan kadang strategi itu berhasil tapi bisa juga gagal...ada faktor keberuntungan disini. Hingar bingar, seru dan pada akhirnya penonton cuma bisa melihat program baru yang tidak kuat cuma sebentar tayangnya, sementara yang kuat, terus tayang walaupun ceritanya dipanjang-panjangkan sepertinya.