Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Bola

Mafia Italia vs Tank Jerman

2 Juli 2016   08:18 Diperbarui: 5 Agustus 2016   04:24 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Judul diatas memang agak bombastis untuk menggambarkan perseteruan babak perempat final Piala Eropa 2016 di Perancis yang memasuki fase Knock Out, artinya salah satu harus mundur kalau kalah baik main normal, perpanjangan waktu atau adu penalti. 

Dilihat dari statistik permainan pada kejuaraan tahun ini, Italia menunjukkan gerakan positif baik dari sisi kepemimpinan pelatih, Antonio Conte, dan visi permainan. Sedangkan Jerman ibarat mesin diesel, biasa terlambat panas dan kalau boleh dibilang ada kesan anggap enteng lawan seperti halnya saat melawan Polandia di babak penyisihan.  Entah nanti malam atau esok dini hari, siapa yang menjadi pemenang apakah si mafia yang selalu menang atau tank yang berbalik jadi kampiun...kita lihat saja.

Dilihat dari banyak komentar baik di media cetak, elektronik dan on line, ada keyakinan besar Italia akan memenangkan pertandingan kali ini. Coba lihat kolom Franz Beckenbauer dan Lothar Mattheus di koran cetak Kompas. Keduanya terlihat sangat trauma bertemu dengan Italia dan dalam kedua tulisannya, dua legenda hidup Jerman ini (dulu Jerman Barat) lebih senang memilih Spanyol sebagai lawan berikutnya-dan itu tanda Patriot Jerman katanya.....

statistik pertandingan resmi baik di Piala Dunia dan Eropa dari tahun 1970, sejak Beckenbauer masih aktif, dan 1990 ketika Lothar Mattheus membawa Jerman jadi juara Piala Dunia dan ditambah rentetan pertandingan selanjutnya, Jerman selalu mati kutu menghadapi Italia.  

Apa yang membuat Jerman selalu kalah? Apakah tank Jerman yang ketemu predatornya? Seharusnya Jerman bercermin bagaimana tim ini menghabisi tuan rumah Brazil dengan skor 7:1 pada piala dunia 2014, bahwa sesuatu bisa terjadi dan tidak ada yang tidak mungkin. 

Dilihat dari segi kepelatihan memang ada perbedaan yaitu gaya"vulgar" Conte dan gaya "flamboyan" Joachim Loew, pelatih Jerman. Antonio Conte memang telah terlatih sebagai back dan gelandang Juventus yang menekankan pada pertahanan dan ketika melatih Juventus 3x beruntun membawanya menjadi Juara. Sedangkan Loew sebelum melatih timnas Jerman pada 2006, tidak punya karir sepakbola yang bisa dicatat baik sebagai pemain dan pelatih di klub-klub sepak bola  jempolan. 

Saya melihat ini yang membedakan performa kedua pelatih pada saat bermain dan tidak. Kesibukan Conte yang selalu di pinggir lapangan, berdiri, berteriak dan kadang memarahi pemainnya cermin si pelatih "tahu benar" ancaman dan peluang pemainnya saat bermain. Saat Italia vs Spanyol , saking marahnya Conte menendang bola yang tidak dapat dikuasai pemainnya Giacherini. Sedangkan Loew tampak cool dan anteng anteng aja saat memimpin timnya.

Apakah ini karena Italia berprinsip tidak ada superstar dalam timnya sehingga hasil pertandingan tergantung gotong royong seluruh pemain? Sesuatu yang juga dijalankan oleh Islandia? Komentar Buffon dan Bonucci yang sebenarnya superstar, mereka senang sekali melihat Conte menjadi pemain ke 12 di sisi pertandingan dan berprinsip setiap jengkal tanah harus dijaga dan dimanfaatkan untuk menjadi gol. 

Sepertinya Conte mempunyai prinsip ala Johan Cruyff,  setiap pemain mungkin punya kesempatan memainkan bola 5-10 menit, tapi 80-85 yang lain bergerak tanpa bola....dan disitulah visi bermain terlihat mana pemain yang terampil dan mana yang medioker atau biasa saja.

Sulit menebak hasil dini hari nanti, karena saat pertandingan uji coba, Italia kalah 4:1 , tapi sepertinya ketika memulai turnamen ini justru Italia lebih siap daripada Jerman. Jadi siapakah yang menang? Saya pilih yang lebih siap , lebih berpengalaman dan juga tanpa punya mental superstar...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun