Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

John Lennon dan MKD!

8 Desember 2015   14:19 Diperbarui: 8 Desember 2015   15:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan warisan atau legacy baik nama, karya dan amalnya. Tepat 08 Desember 1980, John Lennon, eks gitaris The Beatles, tewas ditembak oleh penggemarnya sendiri yaitu David Chapman, yang hingga kini masih meringkuk di penjara. Peristiwa 35 tahun yang lalu masih terngiang hingga kini, sosok yang seharusnya dikasihi malah ditembak mati bahkan oleh penggemarnya yang pernah hadir di konsernya.

John Lennon memang sosok kontroversial dan menjadi ikon pemberontak dari kalangan musisi pada tahun 1960an. John dengan grup The Beatles asal Liverpool, Inggris, memang melegenda karena irama musiknya menjadi penerus dari pemberontakan ikon musik yang sebelumnya bernada serius, santun, puritan dan lembut. Terjualnya jutaan kopi piringan hitam The Beatles saat itu menggambarkan reaksi kaum muda menghadapi kehidupan yang penuh perang dingin AS dan Uni Soviet, untuk diubah menjadi penuh kasih sayang dan cinta.

Walaupun begitu sebagai grup reputasi The Beatles tetaplah lebih "baik" secara persepsi dibandingkan The Rolling Stones yang disebut The Bad Boys, walaupun the bad boys rupanya masih eksis hingga kini. The Beatles jauh dari alkohol dan narkotika, dan selalu tampil manis dengan kostum anak-anak sopan, beda dengan Stones yang urakan. Tapi itu soal pilihan bisnis, karena kalau Stones ikut-ikutan gaya The Beatles, juga bakal nggak laku.

John Lennon setelah keluar dari The Beatles menjadi pejuang kemanusiaan dengan menjadi solo artis dengan mengarang lagu-lafu fenomena seperti Imagine, Jealousy dan Women. Tentu lagu Imagine dengan liriknya yang mengkritik peperangan dan jurang miskin kaya masih terdengar abadi hingga kini. Sama juga dengan seniman lain yang secara fisik sudah tiada, tapi usianya tetap panjang karena karyanya itu yang diakui tetap eksis hingga kini.

Bagaimana dengan MKD atau Mahkamah Kehormatan Dewan yang sekarang menangani kasus Papa Minta Saham dan pencatutan Nama Presiden Jokowi? Yang jelas para wakil rakyat yang ada di lembaga ini sebagian besar ingin membersihkan arang dan kotoran dengan mempersepsikan mereka dan orang yang mereka bela itu bersih. Tapi mereka lupa ada dua perubahan di dunia ini yang sifatnya kontinyu dan yang tidak kontinyu. Perubahan fisik akan terus berubah sebagaimana kita tidak akan melihat sungai yang sama pada esok hari, namun perubahan persepsi itu sangat sulit dirubah sebagaimana contoh penguasa orde baru berkuasa walaupun sudah jatuh lebih dari 17 tahun lalu.

Mengubah persepsi dari pengkhianat atau pencatut menjadi orang normal lagi itu tidak akan mengubah mindset pendapat rakyat, kecuali harus ada lompatan perubahan dan ini pun harus dilakukan dengan cepat, cerdik dan cerdas. Lompatan itu mudah dilakukan bagi mereka yang menginginkan akhir yang baik bagi bangsa ini bukan bagi kelompok kepentingan atau partai pendukungnya.

Dan tindakan itu apalagi kalau bukan mundur dan insaf serta berbuat baik demi bangsa. Rela untuk diajukan ke meja hukum sebagai contoh rakyat yang memilihnya. 

Sekali lagi MKD sudah dipersepsikan jadi sapu kotor...lantas buat apa sidang tertutup? Masak sapu kotor buat membersihkan sampah kotor...percuma dong!

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun