Penyajian berita prostitusi online yang dilakukan baik media elektronika, online dan cetak cenderung bukannya membuat jera pemain lama malah mengundang pemain baru. Rangkaian detil perencanaan, pembunuhan dan hal-hal lain yang sifatnya rahasia semua terbuka dan bebas dilihat oleh masyarakat. Berita-berita ini nyaris tidak putus sejak kematian Alfi minggu lalu. Apakah media massa tidak menyadari informasi yang mereka berikan bisa dilihat dua arah ada yang ke arah jera (kapok) tapi ada juga menginspirasi hal yang sama.
Apakah kode etik penyiaran berita alpa tentang hal ini? Apakah informasi kriminal seperti ini punya pakem sehingga tidak mengundang orang lain untuk melakukan hal yang sama atau yang setara dengan itu? Saya pikir KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) harusnya tidak tutup mata dengan fenomena hal ini karena media informasi apalagi audio visual tidak memberikan celah kepada penontonnya untuk berpkir kritis, lain dengan membaca yang memberikan kesempatan pembacanya untuk lebih banyak berpikir.
Informasi baik foto pribadi, informasi di twitter, keseharian dan keluarganya seolah jadi komoditas gratis yang nyaris tanpa sensor. Bahkan informasi investigasi menyiratkan berita seperti ini dikemas untuk "mengundang" bukan untuk mencegah kejahatan. Apakah media berita sekarang memang didisain untuk mendorong masyarakat untuk melakukan hal yang sama? Saya harap tidak sebab sebagaimana kita lihat di sejumlah acara televisi bila ada adegan "ekstrim" dilakukan selalu ada informasi : Jangan ditiru, adegan ini hanya dilakukan oleh para profesional/ahli di bidangnya. Mengapa pula untuk media berita , hal seperti ini tidak ditiru, seperti memberikan informasi yang sama?
Miris melihat ada seorang anak terjun dari apartemen tempat tinggalnya hanya ingin beraksi seperti Spiderman dalam filmnya. Atau seorang anak bunuh diri karena membaca komik manga dan menganggap bunuh diri adalah langkah mendapatkan ketenangan hidup. Â Kalau prostitusi online seperti fenomena gunung es...tentunya media berita tahu efeknya akan lebih dahsyat kalau kita tidak sama-sama menanggulanginya. Apakah ini yang kita ingin wariskan kepada generasi mendatang? #gagal paham
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI