Bus atau Bis bisa disebut untuk menyebutkan angkutan persegi panjang berbentuk roti tawar yang kita kenal banyak jasanya bagi warga ibukota. Saya sendiri memanfaatkan jasa bus kota saat SMA dan kuliah dulu. Kehadiran Bus saat ini yang sudah ditambah dengan armada bus Trans Jakarta memang memudahkan banyak warga ibukota untuk pergi ke sekolah , bekerja dan berwisata.
Namun kehadiran bus Trans Jakarta tidak menyurutkan orang menaiki bus-bus 3/4 ala metromini dan bus patas yang dikelola Mayasari Bhakti dan bus gandeng milik PPD yang kebanyakan buatan China yang berseliweran dengan lincahnya terobos baik di jalurnya maupun bukan jalurnya. Jalur yang saya amati adalah jalur yang dilewati oleh angkutan melewati jalan Gatot Soebroto baik dari Cawang, Pasar Minggu, dan Cililitan menuju Blok M dan Grogol.
Jalan Gatot Soebroto yang sangat padat pada jalur Pancoran menuju Kuningan pada pagi dan sore hari, faktanya banyak bus kota dan metro mini justru memasuki jalur Trans Jakarta baik menaikkan dan menurunkan penumpangnya disana. Tentu saja bagi penumpang akan sangat berisiko menyeberangi lautan mobil dan motor yang padat hanya untuk naik dan turun juga di kepadatan lalu lintas tersebut, karena penumpang bus dan metromini ini menaiki pintu sebelah kiri (sementara Bus Trans Jakarta pintunya sebelah kanan). Â Semuanya baik penumpang dan sopir sepertinya menggunakan insting untuk tidak ditabrak saat berhenti di tengah jalur busway (bukan di halte), dan juga penumpang menyeberang dari haltenya yang bukan halte busway. Anda pasti merasa iba bagaimana tidak sedikit pria dan wanita tua harus tertatih-tatih melewat jalan yang sangat padat itu. Tapi mau bagaimana jalur tengahnya penuh mobil dan sepeda motor, dan bagi logika pendek para sopir ini kalau mereka tidak melakukan hal (masuk jalur Bus Trans Jakarta), mereka akan kena macet dan setoran pasti tidak dapat.
Pembangunan fly over sisi selatan dari Kuningan yang sedang dikerjakan membuat jalan menjadi sangat padat sehingga banyak angkutan dan kendaraan pribadi terjebak macet. Modus kendaraan umum tidak hanya masuk jalur busway tapi mereka masuk jalur tol dan konsekuensinya penumpang harus ikut juga saweran bayar tol  terutama jalur Cawang-Grogol,  padahal tarif tol bukannya makin gratis (murah) tapi justru makin mahal.
Ugal-ugalan bus di jalur Trans Jakarta ternyata banyak juga diikuti oleh pengendara baik motor dan mobil pribadi saat jam padat malam hari dari arah Pancoran ke Cawang terutama ketika mereka mengikuti  bus Trans Jakarta di depannya dan berhenti di halte atau kena macet.  Dengan slonong boy bus non Trans Jakarta, motor dan mobil pribadi melewati batas jalur busway dan anda bisa lihat pada siang hari, bekas-bekasnya boncel-boncel dan tidak rata. Saya juga tidak berharap batas jalur Trans Jakarta ini dibangun setinggi di Jalan Mampang Prapatan, karena memang tanpa "bantuan" jalur Trans Jakarta, kepadatan ini sulit teratasi.
Entah sampai kapan hal-hal diatas akan terjadi....mungkin sama dengan orientasi orang dalam hidup..kalau hanya untuk mendapatkan uang baik halal atau haram..pasti jalan apapun dilakukan dari jual diri sampai jual narkoba, begitu pun cara orang menuju tempat tujuannya kalau peraturan lalu lintas dianggap cuma hiasan saja mau nanti tambahan fasilitas dan marka jalan ditambah dan dipermodern, dengan mental seperti ini apapun bisa terjadi...kecelakaan dan bahaya di jalan...tinggal tunggu waktu (sambil berharap ada langkah tegas dari Pemda dan Polisi).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H