Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Debat Capres Kurang Dramatis!

11 Juni 2014   05:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:17 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sejenak memang menarik menyaksikan acara debat Capres 2014 dimana pasangan nomor 1 : Prabowo dan Hatta Rajasa melawan nomor 2 : Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK), karena disinilah visi dan misi kedua capres dan cawapres  juga ide-ide besar yang ada di benak mereka akan diutarakan dan dilaksanakan. Cuma sayang presentasi tadi malam miskin secara visual baik tentang gestures, mimic, reaction shot dan close up yang menggambarkan "kedekatan" calon presiden dengan penonton di rumah.

Ketika Prabowo bicara tentang hak azasi manusia karena tuduhan dia pelaku pelanggar HAM tidak ada kamera yang langsung memperlihatkan raut muka dan bahasa tubuh 'cara bicaranya' yang terlihat "tegang" dan "panik".  Kamera malah mengambil two shot dan menjadi 4 shot ketika split screen terjadi. Momen itu hilang.

Reaction shot close up Jokowi tidak terlihat ketika dia mendengar ide-idenya disetujui oleh Prabowo soal online management. Yang juga terlepas adalah ketika Hatta bicara penegakan hukum dan fungsi partai yang harusnya netral dan tidak bagi-bagi kursi partai , wajah Hatta tampak "bicara tidak sesuai kenyataan" karena ketika jadi Menko Perekonomian, dia tokoh/ketua PAN yang tergabung dalam koalisi tidak terlihat momennya. Kalau adegan ini bisa diambil reaksi shotnya perlihatkan wajah Anis Matta dari PKS, juga Amin Rais yang nyaris hanya hadir sebagai penonton tapi tidak digali reaksi wajahnya. Yang justru yang diambil wajah Anis Baswedan dan Dani Dewa 19 - yang nggak ada relevansinya dengan shot sebelumnya.

Juga saat Jokowi menjelaskan pluralitas dengan memberikan Lurah Susan di Lenteng Agung dan tampak "keraguan" kata-kata Jokowi betapa masalah "pluralitas" itu harga mati namun "terbata-bata" tidak tampak terlihat karena kamera hanya mengambil secara medium shot dan seperti mencari aman dengan two shot bersama JK.  Begitu juga kertas kecil yang disinyalir kertas doa dari Ibu Jokowi dan berisi doa Nabi Musa ketika bertemu Fir'aun, tidak ada momen close up nya.........sayang sekali, karena ini "story" nya.

Panggung debat ini seharusnya milik Calon Presiden dan Cawapres tapi porsinya banyak diperlihatkan ke moderator yang tampil cukup tenang namun materi pertanyaannya terlalu panjang. Moderator sudah oke sesuai pakem dan saya anggap cukup sukses.

Memang tidak bisa dibandingkan debat capres dan cawapres dengan yang ada di Amerika ketika mempertemukan Barack Obama dan Mitt Romney pada 2012 lalu, dimana keduanya sangat "tampan" dan mengutarakan kata-kata pidatonya tidak secara konsep saja tapi juga eksekusi di lapangan. Bukan hanya soal pajak online tapi kebijaksanaan pajak itu seperti apa dan berapa besaran yang diperlukan untuk AS. Kamera juga mengambil overshoulder shot yang memperlihatkan kedua orang itu bertarung dan secara geografis ada di tempat yang sama. Yang terlihat di debat capres dan cawapres kemarin, mungkin karena tempat terlalu lebar sehingga tidak memungkinkan shot itu ada.

Apapun upaya yang dilakukan oleh KPU kemarin sudah oke tinggal untuk 4 debat berikutnya seharusnya ada peningkatan tidak hanya tajam saja verbalnya tapi juga harus juga tajam visualisasinya...jadi lebih dramatik dan asyik tonton buat penonton yang sudah bosan melihat acara sinetron yang "fake" dan film-film Hollywood tapi rerun berkali-kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun