Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Bola

Conte, Costa, Chelsea, dan Character (4C)

1 Januari 2017   10:13 Diperbarui: 1 Januari 2017   10:51 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Decak kagum mungkin belum selesai kita melihat kiprah musim pertama Antonio Conte membesut Chelsea dengan gayanya bak Don Corleone, tokoh The Godfather sebagai pujian intensitas dan konsentrasi tim biru London ini untuk menjadi juara paruh musim di Liga Inggris yang sangat keras dan “kejam”.

Tiga belas kemenangan beruntun Chelsea menyamai rekor Arsenal pada tahun 2001/2002 dan bila Chelsea mampu menaklukkan tim sekota Tottenham Hotspurs pada pertandingan Rabu, 04 Januari 2017, rekor baru pun akan tercipta. Kemenangan 14 kali berturut-turut dalam satu musim.

Ketika ditanyakan apakah Chelsea mengejar rekor kemenangan itu? Conte dengan gaya Italianya dengan kemampuan berbahasa Inggrisnya yang makin membaik mengatakan, bagi saya tidak penting rekor kalau pada akhir musim, kami tidak jadi juara. Jawaban taktis seorang manager yang punya visi dan misi satu, juara, dan mau kebobolan banyak tidak masalah, asal mampu memasukkan banyak. Begitu analisa saya, mengingat pertandingan melawan Stoke City tadi malam, baru pertama kali Chelsea kebobolan lebih dari dua gol sejak terakhir dikalahkan Arsenal , 0:3, September 2016.

Kekuatan Chelsea musim ini banyak ditunjang para pemain dengan kualitas bintang, yang meredup di masa kepemimpinan Jose Mourinho musim lalu, yang mengakibatkan, the Special One, dipecat dan digantikan caretaker, Guus Hiddink.

Seolah-olah Diego Costa, Eden Hazard, Victor Moses, Thibaut Courtois, Pedro, David Luiz dan terakhir Cesc Fabregas terlahir kembali (reborn) pada musim ini. Hal ini mengingatkan saya kepada konsep Conte ketika melatih tim nasional Italia pada Piala Eropa 2016, dengan tim beranggota pemain kualitas biasa saja mampu menaklukkan Spanyol dan Belgia dengan gaya permainan yang praktis dan mematikan. Sejauh ini Costa menjadi top scorer dengan 14 gol.

Masih panjang jalan yang harus ditempuh Chelsea untuk menyelesaikan 19 pertandingan tersisa pada tahun 2017. Dengan rekor kemenangan 16 kali (13 kali berturut-turut), satu draw dan dua kalah, Chelsea berpeluang mengulang rekor tidak pernah kalah, asal tidak cepat puas dan menganggap enteng lawan.

Soal taktik bermain dengan menggunakan pola 3-4-3, memang hingga saat ini belum ada yang bisa menaklukkan Chelsea, namun seiring waktu bila Chelsea tidak waspada, tim-tim kuat macam  Liverpool,Manchester City,Arsenal,Manchester United dan Tottenham Spurs akan mampu mengadaptasi dan menciptakan keuntungan dari pola seperti itu. Ingat betapa melempemnya juara musim lalu, Leicester City, yang sekarang terancam degradasi bila tidak pandai mengatur peluang.

Namun yang agak melegakan adalah Conte diawal kompetisi ini sudah tidak meragukan kemampuan punggawanya di Chelsea, hanya soal mentalitas. Mentalitas bermain, mentalitas menang dan terakhir mentalitas Juara. Apakah Conte mampu menyulap Chelsea seperti Juventus pada saat terpuruk karena masalah suap Sepakbola Italia (Calciopoli)? Kita tunggu saja.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun