Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Humor ala "Match Game"

14 Mei 2018   07:49 Diperbarui: 14 Mei 2018   08:38 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuatan game ini ada pada jenis pertanyaannya yang mengundang keingin-tahuan pemirsa terhadap "kemampuan" dan "pengalaman" anggota panel yang beranggotakan enam orang itu. Jawaban-jawaban aneh dan "menggantung" dari panel bisa menimbulkan kelucuan karena pemirsa bisa saja mengasosiasikan dengan penjawabnya. Contoh Luna Maya yang jadi anggota panel, sempat memberikan jawaban yang mengundang keingin-tahuan dengan pertanyaan "tricky" itu karena bukankah dia pernah "terlibat" dalam kasus urusan orang gede dengan Ariel Peter Pan? Dan disinilah nilai jualnya.

Selain itu kemampuan mengolah kata dan kalimat sebagai alasan dari jawaban yang diberikan panelis menunjukkan intelektualitas dan pemahaman mereka akan "kekuatan" game ini -- namun sayangnya belum semua panelis tampil maksimal dalam mengolah kata dengan menarik, karena tidak semua panelis punya kemampuan yang "sama" seperti Denny Chandra misalnya.

Selebriti lain yang kurang mempunyai kemampuan verbal dan "cerita" menarik hanya mengandalkan candaan antar mereka, dan kadang dibiarkan "bocor" dengan melibatkan interaksi dengan selebriti lain yang menonton di studio untuk menghidupkan suasana. Tayangan malam memang perlu "sensasi" biar tidak garing artinya panelis yang adem ayem dan 'jaim' (jaga image) tidak akan mungkin mampu dapat menghadirkan tontonan yang rame dan pecah.

Menjadi peserta di game ini akan mendapatkan banyak kesempatan mendapatkan hadiah uang baik di babak penyisihan seperti hidden prizes berupa uang tunai, serta babak Perfect Match dengan hadiah puluhan juta. Namun untuk menjadi peserta pada game ini tidak hanya mengandalkan good looking saja  tapi juga good presentation, karena kalau hanya mengandalkan kecantikan dan kegantengan tapi dingin, kaku dan malu-malu, peserta akan jadi faktor lemah.

Di Amerika Serikat, kuis ini termasuk game show ke 4 dari 60 game show terbesar  berdasarkan ranking yang diberikan TV Guide pada 2013.

Tantangan kuis ini bila masih ingin bertahan di persaingan acara televisi di Indonesia tidak lain haruslah mampu "menerjemahkan" kelucuan dan kehebohan di studio dengan penonton di rumah artinya Jangan asik sendiri! Dan ini memang agak sulit karena banyak game show diluar Kuis Family 100, selain segmented namun juga kurang melibatkan (engangement) pemirsanya. Ya mudah-mudahan kejelian mengolah pertanyaan dan keterampilan mengasah olah verbal panelisnya kuis ini bisa bertahan lama.

I dress up as middle-aged prostitute and do a game show (Paul O'Grady)

Ref : Dari sejumlah sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun