Setelah sebelumnya kita memperlihatkan dampak kekeringan akibat perubahan iklim (climate change) dimana kurangnya turun hujan dan gelombang panas banyak menimbulkan masalah bagi manusia, binatang, tanaman dan makhluk hidup lainnya, maka kita coba amati dampak perubahan iklim terhadap frekuensi angin topan yang sekarang sering terjadi.
Penelitian di Amerika Serikat (AS) terhadap hurricanes yang mempunyai definisi "It's an extremely large, powerful storm with very strong winds that occurs especially in the western part of the Atlantic Ocean" (Badai yang sangat besar dan bertenaga diiringi dengan angin yang sangat kuat yang biasa terjadi khususnya di bagian barat dari Samudra Atlantik) menunjukkan perubahan iklim berdampak pada hurricaneskarena memberikan mereka tambahan tenaga/kekuatan dan jumlah air yang dibawanya.
Dengan kecepatan pusaran angin mencapai 119 km per jam dengan dibarengi begitu banyaknya air yang turun dari udara serta air dari samudra yang menghujam darat menghasilkan banjir yang sangat berbahaya. Lantas apakah ada hubungan langsung antara hurricanesdengan perubahan iklim? Yang jelas perubahan iklim tidak menciptakan hurricanes namun dampaknya membuat angin topan ini menjadi lebih besar intensitasnya karena angin ribut ini menjadi lebih kuat dan bertenaga disamping lebih banyak air dibawanya.
Hurricanessendiri terjadi karena angin ini mendapatkan tenaga dari menguapnya (evaporation) air yang kemudian berubah menjadi gas dan membawa panas (heat) ini dari samudra ke atmosfir. Panas inilah yang mengubahnya menjadi angin. Makin panas suhu air di samudra maka proses penguapan akan lebih cepat sehingga angin yang ditimbulkannya akan lebih kuat. Kecepatan hurricanes yang mencapai 119 km per jam atau lebih menimbulkan banyak kerusakan.
Karena samudra menyumbang 93 persen energi ekstra yang diciptakan pemanasan global, maka angin topan hurricanes terus bertambah kuat selama pemanasan global terus berlangsung. Sedangkan makin tingginya air laut akibat perubahan iklim juga membuat angin ini jauh lebih dahsyat datangnya ke darat karena dia akan hadir dengan posisi yang lebih meraksasa.
Selain itu putarannya (cycle) yang seolah membor samudra yang dilewatinya dengan makin dalam dan dalam (deeper and deeper) begitu mendekati daratan, putaran angin ini mendapatkan landasan air yang lebih dangkal (shallower) sehingga energi putaran ini tidak bisa melanjutkan putarannya ke dalam air, namun energi putaran ini berbalik dan mengikuti jalan angin topan ini menuju daratan dan inilah badai dahsyat yang membahayakan makhluk hidup di daratan. Â Â
Hujan yang turun selama hurricanes berlangsung makin banyak frekuensinya akibat dari naiknya temperatur dalam perubahan iklim. Udara panas (warm air) membawa lebih banyak air bila dibandingkan dengan udara dingin (cold air)Â yang dibawa topan ini dan berakibat naiknya tinggi permukaan air di sungai dan danau dekat pantai sehingga menimbulkan banjir parah di wilayah yang luas di daratan.
Pemanasan global yang terus berlangsung akan membuat hurricanes akan makin sering terjadi, seperti hasil penelitian para ahli menyatakan kekuatan angin topan ini sejak 1980 bertambah kuat dan intens. Ditambah dengan makin tingginya permukaan air laut yang diramalkan akan naik satu hingga empat kaki (1 feet/kaki = 0.3 m atau naik antara 0.3-1.2 meter) menjelang tahun 2100 yang salah satunya diakibatkan melelehnya lapisan es di kutub, akan membuat kekuatan hurricanesbertambah berbahaya bagi makhluk hidup yang tinggal di daratan, terutama yang dekat pantai.
Katakan manusia berhasil mengurangi atau menghentikan pemanasan global , apakah naiknya permukaan air laut pada tahun 2100 apakah bisa dihentikan? Ternyata tidak karena samudra merespon kondisi permukaan bumi yang makin hangat ini dengan lambat artinya antisipasi adanya hurricanes dan angin topan lainnya harus dilakukan, apalagi saat ini tidak semua negara sepakat untuk menghentikan pemanasan global dan menganggapnya hanya hoaxsemata.
We ignore slow environmental changes unless they are crisis-driven such as hurricanes in Florida-Natalie Jeremijenko (Kita mengabaikan perubahan lingkungan yang lambat kecuali krisis yang terjadi seperti amukan badai hurricanes di Florida-Natalie Jeremijenko).
Ref: Dari sejumlah sumber