Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Inovasi Disruptif yang Fenomenal

24 Maret 2018   17:32 Diperbarui: 24 Maret 2018   17:52 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah inovasi disruptif mungkin sekarang sudah naik daun sebagai model bisnis terobosan yang terbukti, bila sukses, menghancurkan banyak bisnis tradisional yang sebelumnya sempat jaya dan akhirnya gulung tikar.  Yang aneh istilah disruptif (disruptive) yang berarti "gangguan" yang sebelumnya berkonotasi dengan pengertian antagonis (musuh) sekarang naik kelas jadi protagonis (pahlawan).

Banyak contoh rintisan bisnis ini pada awalnya tidak dihiraukan penguasa bisnis lama dalam bidang tertentu namun dalam sekejap sirna profitnya. Contoh paling utama apalagi kalau bukan perusahaan yang mengandalkan aplikasi via internet seperti jasa transportasi ala Gojek, Grab dan Uber, serta toko online macam Tokopedia yang memberikan kemudahan kepada pelanggannya untuk bepergian dan memperoleh barang secara murah bahkan gratis ongkos kirim (ongkir).

Namun yang menjadi pokok pemikiran mengapa usaha via aplikasi ini bisa begitu marak dan sanggup menyapu usaha lama yang telah dibangun puluhan tahun tanpa ampun? Sejumlah pengamat ekonomi mengatakan ada dua aksiomayang berlaku yaitu yang pertama setiap perusahaan bisnis apapun ingin mendapatkan keuntungan paling maksimal dengan biaya produksi seminim mungkin dan yang kedua setiap konsumen siapapun dan dimanapun ingin mendapatkan barang dan pelayanan berkualitas dengan biaya semurah mungkin.

Sebelum internet dimaksimalkan dengan penggunaan smartphone untuk meraih penjualan terbanyak dan terbesar, pihak pemasaran mengandalkan product,promotion,price dan placement untuk mendapatkan perhatian pelanggannya. Kemudian perusahaan PNG memperkenalkan istilah Moment of  Truth (MOT) yang terbagi menjadi dua hal setelah diberikan Stimulus (perangsang seperti harga murah dan penampilan/presentasi menarik) yaitu First (1st) MOT di gerai toko tersebut dan Second (2nd) MOT yang berupa pengalaman (experience) dari pembelian barang tadi yang terbukti berkualitas baik dan berharga efisien.

Namun dengan adanya koneksi internet  dan telpon pintar dimana setiap produk bisa menjajakan produknya lewat playstore, Google memperkenalkan ZMOT (Zero Moment of Truth) yang terbukti cocok (matching) dengan kebutuhan masyarakat masa kini yang tidak mau rumit dan lelah dengan urusan remeh temeh seperti kemacetan dan kepenatan untuk menjangkau produk yang diinginkan. Dengan perencanaan pembelian bisa dilakukan di rumah dan lewat smartphone (I-store) kegiatan belanja sudah bisa dilakukan-ini yang membuat pemilik bisnis aplikasi sudah terbang duluan meninggalkan pesaingnya para pebisnis tradisional.

ZMOT inilah yang merangsang adanya pendekatan baru terhadap konsumen dengan terbentuknya "big data"yang memungkinkan pihak perusahaan aplikasi dapat merekam keinginan dari pelanggannya lewat tahapan sebelum mereka membeli/mendapatkan jasa yang diinginkan. Dengan metode survey, riset dan segala data/keterangan yang diinginkan, data pelanggan dapat dimiliki dan menjadi kunci apa keinginan dari pelanggan yang tidak jauh dari salah satu aksioma tadi-barang/pelayanan berkualitas dan harga paling pantas/termurah.

Dan tidak heran perusahaan aplikasi macam Uber tidak butuh lama dengan menggarap "big data" yang dia miliki yang tidak hanya pelanggan, namun juga sopir serta route yang dilalui. Uber pada Desember 2015 mendapatkan satu milyar order dan enam  bulan kemudian (Juni 2016) mendapatkan order satu milyar berikutnya, jadi total dua milyar order. Bisa dibayangkan kalau enam bulan itu 180 hari ada order satu milyar berarti lebih dari 5,5 juta order perhari. Tidak heran nilai perusahaan ini (Net Present Value ) pada tahun 2014 "hanya" 40 milyar dollar AS namun pada tahun berikutnya mencapai 60 milyar dollar AS.

Perusahaan lain macam Angry Birds mampu mendapatkan 15 juta pengguna dalam 35 hari padahal telpon rumah perlu 75 tahun untuk mencapai jumlah pengguna yang sama. Dan perusahaan aplikasi dengan model bisnis inovasi disruptif sekarang sudah makin banyak di Amerika Serikat (AS) dan sebelum masuk ke pasar modal (Go Public) banyak yang sudah punya nilai satu milyar dollar AS dan sering disebut dengan "Unicorn". Dan jaman digital sekarang juga disebut sebagai era mereka - "The Age of Unicorns".  

"Vulnerability is the birthplace of innovation, creativity and change." Bren Brown (Kerentanan adalah tempat lahirnya penemuan, kreativitas dan perubahan-Brene Brown)

Ref: Dari sejumlah sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun