Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hoax dan Critical Thinker

10 Januari 2017   10:05 Diperbarui: 10 Januari 2017   12:45 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pernyataan dan dukungan masyarakat pada kebijakan anti hoax (berita palsu) saat ini memang terasa bahwa ada yang salah dengan penyebaran informasi via internet yang dikonsumsi masyarakat. Banyak contoh sudah diinformasikan berita hoax tidak hanya menyesatkan namun mencederai hak masyarakat untuk hidup lebih harmonis dan damai. Namun mengapa berita hoax malah justru digemari masyarakat dan akhirnya sekarang dilarang?

Internet diakui adalah hasil inovasi nomor satu diantara lima puluh inovasi terbesar yang pernah diciptakan manusia sejak revolusi industri yang punya dampak plus minus. Maraknya berita via internet seolah memang kelanjutan dari kehausan masyarakat akan berita sejak dulu. Saat ini 80 persen masyarakat Amerika Serikat setiap harinya membaca berita, bahkan sepuluh ribu majalah diterbitkan di negeri ini. Artinya berita merupakan kebutuhan masyarakat untuk menghabiskan dahaganya untuk hal-hal baru yang menarik perhatiannya. Beragamnya konsumen berita memberikan peluang tidak hanya demokrasi informasi namun juga bisnis informasi yang saling bersaing mencari perhatian pembaca dan penikmatnya.

Hoax sendiri pastilah berita sampah karena bertentangan dengan fakta dan bukti yang ada dan ini bertentangan dengan prinsip jurnalisme yang menjunjung tinggi kejujuran,transparansi dan objektivitas.

Bagaimana agar hoax tidak menjadi pesaing dari media yang selama ini eksis dan dianggap mampu menegakkan prinsip-prinsip jurnalistik? Mungkin dimulai dari media-media ini untuk tidak memulai membuat berita yang berat sebelah misal untuk kepentingan pemilik media atau sponsor tertentu. Faktanya ada stasiun televisi yang dimiliki oleh tokoh-tokoh yang mempunyai kepentingan politik tertentu memberitakan informasi untuk kepentingannya membuat masyarakat konsumen berita kemudian bertanya-tanya? Apakah ini yang dinamakan berita yang adil (fairness) dan asli (originality)?

Para pembaca critical thinker (pemikir kritis) mungkin akan ingin tahu terus apa yang terjadi dengan berita yang disajikan. Mereka ingin bukti yang aktual dan ajeg (consistency) dan kadang kalau sudah skeptis (sceptical), mereka bahkan sudah dengan mudah menghakimi sumber beritanya yang dianggap tidak valid. Dan disinilah tugas media yang ada terus menegakkan prinsip jurnalisme yang ada secara konsekuen sehingga bisa mendidik masyarakat konsumennya secara baik dan terarah dan bukannya membuka kesempatan media hoax masuk dan mengacau. Disadari perkembangan berita saat ini bukanlah one-to-many tapi many-to-many  sehingga untuk “mendidik” masyarakat bukan menjadi konsumen berita hoax, media punya tanggung-jawab bukan dengan menayangkan berita yang sekadar benar dan etis  saja tapi juga mampu mencerahkan masyarakat.   

Dengan maraknya berita via internet yang cepat dan instant, seharusnya media online yang tidak dilarang Pemerintah, mengembangkan berita-berita yang menarik namun tetap akurat dan dipercaya. Dan ini gunanya meningkatkan mentalitas berita “on line”. Mentalitas untuk menyajikan berita yang pendek , benar dan dapat diandalkan (reliable), dimana tetap menjaga aturan verifikasi (verification), kelengkapan (completeness), kemanusiaan (humanity) dan menahan diri (restraint) sehingga menjadi nilai jual utama dari media tersebut karena disinilah para critical thinker menaruh harapannya agar media ini menjadi rujukan dan acuan untuk memberdayakannya (empowerment). Bukankah harus begitu fungsi media yang sebenarnya dan bukannya hanya jadi alat dari kepentingan tertentu siapapun dan apapun?  

I've never written a song in my life. It's all a big hoax. (Elvis Presley)

Ref : Dari sejumlah sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun