Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bagi Trump, Global Warming Itu Hoax!

7 Januari 2017   07:18 Diperbarui: 7 Januari 2017   16:21 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru Amerika Serikat (AS) menimbulkan banyak ketidakpastian tentang kebijakannya dalam upaya memerangi pemanasan global (global warming), yang sekarang dihaluskan namanya jadi perubahan iklim (climate change). Hal ini disebabkan dalam kampanyenya saat pemilihan presiden AS yang lalu banyak menentang teori pemanasan global yang disebabkan oleh ulah negara maju dalam mengeksploitasi energi fosil sehingga membuat efek rumah kaca sebagai pemicu pemanasan global.

Rupanya runtuhnya gunung es di kutub, tenggelamnya pulau-pulau karena air laut meninggi, punahnya berbagai jenis hewan, maraknya banjir, angin topan makin banyak, kebakaran hutan dan lainnya membuat Trump bergeming. Apakah Trump tidak merasa bahwa industrialisasi pada abad 17 hingga kini membuat negara-negara industri macam AS dan Eropa maju pesat dalam perekonomian dan memakmurkan mereka secara langsung tapi malah memiskinkan negara-negara berkembang dan miskin? Isi Twitter Donald Trump di bawah ini membuktikan bahwa Trump lebih berpikir negatif bahwa Isu Pemanasan Global dihembuskan “China”, dalam persaingan ekonomi. Padahal China baru pada akhir abad 20 mulai masuk menjadi negara industri dan menjadi penyumbang gas karbon terbesar di dunia beberapa tahun lalu.  

The concept of global warming was created by and for the Chinese in order to make U.S. manufacturing non-competitive.

Selain menganggap Pemanasan Global adalah hoax (berita palsu), Trump juga merencanakan AS akan menarik diri dari kesepakatan Paris Summit 2015, di mana AS ikut serta mengurangi pemanasan global dengan mengurangi emisi karbonnya. Kalau AS saja tidak mau berpartisipasi dalam pengurangan karbon, bagaimana negara lain? Tanpa kepemimpinan AS, masa depan penanggulangan pemanasan global akan suram.

Lantas bagaimana dengan efek Pemanasan Global kepada Indonesia? Dikutip dari laporan lingkungan Kompas, Jum’at, 06 January 2016, ternyata bencana alam yang menimpa Indonesia akhir-akhir ini sungguh dahsyat yang diakibatkan perubahan iklim. Banjir Bandang Garut (20 Sept. 2016), Banjir Bandung (24 Okt. 2016), Banjir Gorontalo (25 Okt. 2016), Gelombang laut ekstrim di pantai barat Sumatera, selatan Jawa hingga Lombok, serta mencairnya lapisan es gunung Puncak Jaya Wijaya Papua (dalam 6 bulan cair 4.26 meter)-Diperkirakan bila tidak ada upaya penanggulangan global warming, lapisan es Puncak Jaya akan habis pada tahun 2020. Jadi ini berita hoax, Mr.Trump? Pindah ke planet lain itu lebih baik memang bagi Anda... Lol.  

Persoalan penanggulangan perubahan iklim itu erat kaitannya dengan energi pembangunan suatu negara. Penggunaan energi fosil macam minyak bumi dan batu bara selama lebih dari ratusan tahun menghasilkan emisi karbon yang terjebak dalam atmosfer bumi karena adanya efek rumah kaca. Emisi itu memantul kembali ke bumi dan banyak yang diserap samudera sehingga mempengaruhi iklim dunia ini saat ini. Ini jelas sudah dibuktikan oleh para ahli – kecuali ahli yang memang dibayar untuk melunakkan pendapat itu.

Permasalahannya adalah energi fosil adalah energi paling murah yang bisa dimanfaatkan dalam pembangunan seperti menghasilkan tenaga listrik dan bahan bakar efisien bagi produksi pabrik-pabrik. Indonesia dituding tidak ramah lingkungan karena penggundulan hutannya mempengaruhi ekosistem dunia, tapi para pengkritik lupa Indonesia harus terus membangun dengan memanfaatkan hutannya untuk pembangunan industri kelapa sawit yang produknya dimanfaatkan kembali untuk produk turunan lainnya seperti detergen, obat kosmetik, makanan ringan dan lain-lain yang menghasilkan devisa tidak kecil bagi negara ini. Negara Industri sudah menikmati kemakmuran dan kenyamanannya dengan sadar atau tidak sadar, emisi karbonnya diserap oleh hutan Indonesia. Masa sekarang Indonesia tidak boleh membangun dan memanfaatkan hutan dan potensi lainnya dengan memanfaatkan hasilnya yang terbesar buat kemakmuran negerinya?   

Mungkin sudah saatnya, Indonesia serius mulai menciptakan dan memanfaatkan energi terbarukan dengan memanfaatkan matahari, angin, gelombang laut, panas bumi dan secara bertahap mengurangi ketergantungan kepada penggunaan energi fosil? Harapan yang tidak mudah memang karena Indonesia sebenarnya belum juga memanfaatkan energi fosil secara menyeluruh dan maksimal, Indonesia malah disuruh menggunakan energi terbarukan? Nanti dibilang kufur nikmat? Investasi renewable energy itu lama dan mahal. Yang masuk akal sekarang bagaimana Indonesia bisa membuat AS dan negara industri maju lainnya mematuhi keputusan Paris Summit 2015 tentang penanggulangan Global Warming.   

We only get one planet. (Leonardo DiCaprio)

Ref: www.npr.org

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun