Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Politik

Muspimnas Kosgoro 1957

10 November 2016   17:43 Diperbarui: 10 November 2016   18:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar dalam membuka Musyawarah Pimpinan Nasional Kosgoro 1957 di Hotel Ibis Jakarta, 09 Nopember 2016,  memberikan angin sejuk kepada salah satu organisasi pendukung Partai Golkar. Kosgoro 1957 yang saat ini terbagi menjadi dua kepengurusan kolektif yang satu dipimpin Agung Laksono, dan yang satunya lagi oleh Aziz Syamsudin. Dan tidak ada jalan lain kedua kelompok ini harus melakukan islah agar bisa menjadi organisasi yang lebih kuat dan bersatu. 

Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong 1957)  yang didirikan oleh Mas Isman (Ayah Hayono Isman) memang sangat berperan dalam perkembangan Golkar di saat suka dan duka, dan saatnya saat ini ketika Golkar sudah melakukan islah antara kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono,   maka Kosgoro 1957 harus mau melakukan persatuan. Tidak bisa dipungkiri arah organisasi politik itu ada pasang surut dan seharusnya semakin tua harusnya semakin kuat dan padu. Seperti halnya di Amerika Serikat, tokoh politik Demokrat tidaklah mungkin pindah ke partai Republik. Fenomena kutu loncat itu terjadi selain faktor manusianya yang memang belum pas atau mungkin hanya punya orientasi keuntungan (finansial/transaksional) semata, atau juga karena pijakan dan dasar Partai yang tidak kuat dan kurang membumi.

Katakan kalau kita bicara Amerika Serikat, para industrialis dan pengusaha kaya akan memilih partai Republik yang selalu berusaha untuk tidak menaikkan pajak, sementara Partai Demokrat lebih dekat dengan masyarakat biasa yang menginginkan jaminan sosial lebih banyak dari negara, sehingga pajak harus terus bertambah seiring dengan pendapatan yang makin besar dan juga kebutuhan yang makin banyak. Persaingan Demokrat dan Republik memungkinkan para politisinya untuk tetap di jalurnya, artinya walaupun tidak memerintah tidak mengapa. 

Sedangkan di negeri ini, terutama Partai Golkar sebagaimana digariskan oleh Ketum Partai Golkar, Setya Novanto, dan Ketua Umum Pimpinan Kolektif Kosgoro 1957, Agung Laksono, pada dasarnya partai ini tidak pernah menjadi oposisi, dan harus ada di pemerintahan. Jadi lewat pemahaman ini seharusnya sudah cukup jadi pijakan pilihan politisinya disetiap pemilu dan pilkada. Dan sudah seharusnya bila memang menjadi partai pendukung pemerintah, seharusnya Kosgoro 1957 mampu mengadakan islah agar dua pimpinan kolektif ini tidak memberikan kesan perpecahan kepada pendukungnya. Kalau ini terus terjadi salam solidaritas menjadi cuma gincu saja...karena faktanya tidak solid. 

Indonesia yang diramalkan menjadi negara ekonomi terbesar ke 7 di dunia pada 2030 (kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani) sudah seharusnya menggarap potensi yang ada dengan menyiapkan sumber daya manusianya terutama anak-anak muda yang menjadi bonus demografi negeri ini. Kosgoro 1957 yang salah satu perannya adalah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa sudah melakukan di bidang pendidikan menengah dan tinggi, seharusnya harus terus maju dan bukan melihat perbedaan sebagai beban tapi sebagai dinamika mengarah ke masa depan yang lebih gemilang. Kader Kosgoro 1957 spt Setya Novanto, Agung Laksono, Airlangga Hartarto (Menperin), Syahrul Yasin Limpo (Gubernur Sulsel), dan banyak lainnya telah membuktikan bahwa estafet kepemimpinan, keteladanan dan kenegarawanan harus menjadi DNA dari organisasi ini. 

An organization, no matter how well designed, is only as good as the people who live and work in it. (Dee Hoc)

Ref: 1, 2, dan 3.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun