Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Debat Capres: Hillary Cerdas, Donald "Dodol"!

2 Oktober 2016   13:48 Diperbarui: 2 Oktober 2016   17:11 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terjadi pada debat pertama Calon Presiden (Capres) AS antara Hillary Clinton calon dari Partai Demokrat melawan Donald Trump calon dari Partai Republik mempertontonkan kehebatan Hillary dan sebaliknya "kebodohan" Donald. Hal itu tercermin dari jajak pendapat setelah debat yang berlangsung 90 menit itu berakhir. Clinton unggul telak 62 persen dari Donald 27 persen seperti yang dikutip Kompas Cetak, 28 September 2016, dari CNN/ORC-Jumlah responden 421 orang yang menonton debat, artinya 261 orang memilih Clinton.

Sebagai yang dianggap penantang (Contender), karena Trump di luar pemerintahan, Trump secara tajam menyerang kebijakan Clinton yang dianggap mengekor Presiden Obama, namun tampak Trump cenderung ngawur dalam memberikan argumentasi seperti permasalahan ekonomi Amerika saat ini. Alasan Trump banyak perusahaan AS direlokasi atau dipindahkan ke luar negeri bukanlah karena menghindari pajak, tapi untuk mendapatkan lebih banyak pendapatan seperti perusahaan Mobil Ford di China. 

Hal lain yang juga asal bunyi adalah tingkat pengangguran di AS meningkat karena banyaknya barang impor dari negara lain sebagai dampak dari kerja sama internasional macam NAFTA (kerja sama ekonomi regional antara AS, Kanada, dan Meksiko)-kemakmuran global tapi kemiskinan AS. Padahal orang juga paham AS mampu menjual produk berteknologi tinggi dan padat modal -jadi ini murni karena persoalan domestik Amerika sendiri. 

Debat Pertama Calon Presiden Amerika Serikat antara Hillary Clinton dan Donald Trump, yang dilakukan di Universitas Hofstra di Hempstead, New York, Selasa 27 September 2016 berlangsung panas dan mampu menghangatkan suasana, sementara di luar tempat debat di mana cuaca sedang dingin, banyak orang tidak diperbolehkan masuk kecuali ada undangan. 

Debat yang dipimpin host terkenal NBC, Lester Holt, rencananya terdiri dari 6 segmen dengan durasi masing-masing 15 menit, tapi pada kenyataannya segmentasi hanya berdasarkan topik yang diangkat. Aturan unik bagi penonton untuk tidak bertepuk tangan, bersorak dan mengejek memang dipatuhi tapi dalam beberapa kesempatan, penonton tak tahan untuk tidak bertepuk tangan melihat tingkah laku Donald yang menyanggah pernyataan Hillary dengan mengatakan : "Wrong" "Wrong" "Wrong" dengan berbagi versi, sementara Hillary yang tampak santai dan terukur menimpali serangan Trump dengan ujaran "Whew Okay".... diiringi tepuk tangan penonton. 

Debat acara televisi ini memang imun dari iklan dan sponsor pihak tertentu sehingga pemirsa mendapatkan substansi acaranya lebih utuh dan komplet tanpa ada gangguan break iklan atau timpalan host yang tidak perlu dan kadang tidak cerdas. Holt tahu bahwa topik-topik yang diangkat sedang hangat dan jadi bahan perbincangan di masyarakat AS dan dunia sehingga perdebatan keduanya tidak diganggu hanya karena ada waktu atau commercial break. Visualisasi didebat ini menempatkan Hillary yang lebih pendek dan Trump yang tinggi dalam dua frame midshot yang sama ukurannya.

Penggambaran ini seolah ingin mengesankan badan pendek tidak musti pendek akal dan kurang visi dan misi. Dan di sinilah konsep form dan content dipraktikkan di mana setiap kompetisi harus terlihat adil bagi kedua belah pihak. Lihat juga wardrobe yang dikenakan, Hillary tampak lebih segar, menarik dan terlihat dominan daripada yang dikenakan Trump. Sepertinya tim kampanye Clinton lebih siap dalam debat ini untuk pencitraan Hillary yang sehat, cerdas, profesional, dan siap jadi Presiden AS. Sesuatu yang alpa dilakukan Trump yang sejauh ini mungkin menganggap ini panggung reality show, The Apprentice di mana dia sebagai host punya hak memecat karyawan magangnya, "You are fired!". 

Perbedaan latar belakang keluarga mereka tampak nyata di sini , Trump mendapatkan dana pinjaman besar dari sang ayah untuk memulai usahanya, sementara ayah Hillary hanyalah pengusaha kelas menengah yang berjuang untuk hidup. Hillary juga mengungkapkan perilaku bisnis Trump yang enggan membayar karyawannya padahal hasil pekerjaannya sudah digunakan Trump.

Hal lain, perilaku rasis Trump juga diungkap soal penolakannya menjual propertinya kepada orang kulit hitam. Dan terakhir keengganan Trump mengakui bahwa Obama lahir di AS menyakitkan hati Obama, sambil mengutip pidato Michelle Obama, istri Barack Obama. But I like to remember what Michelle Obama said in her amazing speech at our Democratic National Convention: When they go low, we go high. And Barack Obama went high, despite Donald Trump’s best efforts to bring him down.

Terlepas dari kekuatan Hillary, dia pun mengakui tentang email pribadi untuk kepentingan dinas dan dihapus (di-delete) adalah kesalahannya. Sementara kekuatan Trump yang selama ini didengungkan untuk membuat Amerika sejahtera, justru bertolak belakang dengan pernyataannya dengan "memusuhi" Iran, China, Arab Saudi, Jepang dan Korea Selatan. Bahkan untuk jaminan keamanan negara-negara itu, kecuali China dan Iran, Amerika minta dibayar. 

Sepertinya Hillary goes to President... but Trump returns to business..... yes..unusual business!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun